Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan posisi cadangan devisa Indonesia pada Februari 2024 akan mengalami penurunan terbatas.
Menurutnya, posisi cadangan devisa akan mencapai kisaran US$144 miliar hingga US$145 miliar pada periode tersebut.
“Kami perkirakan cadangan devisa pada Februari 2024 akan turun terbatas sebesar US$0,5-US$1 miliar ke level US$144-US$145 miliar,” katanya kepada Bisnis, Rabu (6/3/2024).
Perkembangan ini, salah satunya dipengaruhi oleh inflow atau aliran masuk modal asing yang terjadi pada Februari 2024.
Josua mengatakan, secara net, inflow di pasar saham dan obligasi tercatat sebesar US$345 juta.
“Net inflow di pasar saham tercatat sebesar US$646 juta, sementara di pasar obligasi, kepemilikan investor asing terhadap SBN [Surat Berharga Negara] tercatat turun sebesar US$302 juta,” jelasnya.
Baca Juga
Di sisi lain, Josua memperkirakan, penurunan cadangan devisa pada Februari 2024 akan disebabkan oleh jatuh temponya salah satu obligasi valas, RI0224, pada pertengahan Februari. Tercatat, total nilai obligasi ini sebesar US$474 juta.
Dari sisi perdagangan, Josua memperkirakan surplus akan cenderung turun akibat tren kenaikan harga minyak global, sementara harga batu bara cenderung mengalami penurunan.
Adapun, posisi cadangan devisa Indonesia pada Januari 2024 tercatat sebesar US$145,1 miliar, turun dari bulan sebelumnya sebesar US$146,4 miliar.
Penurunan ini dipengaruhi jatuh tempo pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Bank Indonesia menyatakan, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Cadangan devisa tersebut juga dinilai mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.