Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ternyata, Ini Alasan Beras RI Lebih Mahal Dibanding Singapura

Pakar pertanian menjelaskan alasan harga beras RI lebih mahal dibandingkan dengan Singapura yang hanya mengandalkan impor.
Buruh mengangkut karung beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Buruh mengangkut karung beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Pengamat pertanian mengungkap penyebab harga beras di Indonesia lebih mahal dibanding Singapura. Padahal, Indonesia merupakan produsen beras sedangkan pasokan beras Singapura sepenuhnya impor.

Pengamat pertanian sekaligus Pegiat Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menyampaikan, tingginya harga beras di Indonesia disebabkan oleh biaya produksi yang mahal.

Jika dilihat lebih detail, biaya produksi terbesar berasal dari sewa lahan dan tenaga kerja. “Dua komponen itu lebih dari 75% dari seluruh ongkos produksi,” ungkap Khudori, Senin (4/3/2024).

Di sisi lain, Khudori melihat harga beras di Singapura yang saat ini jauh lebih murah dari Indonesia bisa saja melonjak tinggi jika harga beras di pasar dunia tengah melambung. Pasalnya, Singapura sangat bergantung terhadap impor.

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian sebelumnya membandingkan harga beras Indonesia dengan Singapura. Meski memproduksi beras, harga di Indonesia jauh lebih mahal dibandingkan Singapura. 

“Beda mungkin sebagai bandingan seperti Singapura. Singapura adalah negara yang bukan produsen tapi negara konsumsi. Dia nggak punya pangan, nggak menghasilkan pangan apapun, semuanya impor, jadi strateginya beda,” kata Tito dalam Rapat Koordinasi Pengamanan Pasokan dan Harga Pangan Jelang Puasa dan Idulfitri, Senin (4/3/2024).

Tito menuturkan, pemerintah Singapura berupaya agar harga pangan di negaranya mudah dijangkau oleh masyarakat. Inilah yang membuat harga di Negeri Singa lebih murah dibandingkan Indonesia.

Sayangnya, strategi tersebut tidak dapat diterapkan di Indonesia. Sebab, kata dia, hal tersebut dapat merugikan petani dan produsen pangan lainnya. Sebaliknya, jika harga dibiarkan terlalu tinggi, kondisi tersebut dapat membuat masyarakat menjerit.

“Oleh karena itu kita harus mem-balance angka inflasi kita terkendali, menyenangkan kedua-duanya, tersenyum kedua-duanya,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper