Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Februari 2024 mencapai 2,75% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Perkembangan inflasi tersebut terutama dipengaruhi oleh oleh inflasi komponen harga bergejolak (volatile food) yang mencapai 8,47% yoy karena lonjakan harga cabai, unggas, dan beras.
Ekonom Bank Danamon Irman Faiz berpendapat mendekati bulan Ramadan menyebabkan meningkatnya permintaan cabai, sementara peningkatan biaya pakan ternak mendorong kenaikan harga produk unggas.
Dia memperkirakan, faktor musiman akan kembali mengerek harga pangan hingga mencapai puncaknya pada dua bulan ke depan.
“Kami memperkirakan pengaruh musiman akan mendominasi dua bulan ke depan selama bulan Ramadan dan perayaan Idulfitri, yang menyebabkan puncak kenaikan harga pangan di bulan Maret-April,” katanya, Jumat (1/3/2024).
Dengan perkembangan ini, Faiz memperkirakan tingkat inflasi umum akan mendekati 3,0% yoy pada periode Maret-April.
Baca Juga
Faiz mengatakan, menurut laporan Global S&P, PMI manufaktur Indonesia tetap ekspansif pada Februari 2024 di 52,7, sedikit menurun dari 52,9 pada bulan sebelumnya.
PMI manufaktur yang tetap ekspansif ini menurutnya terutama didorong oleh pesanan baru domestik, di tengah masih lemahnya pesanan dari sisi eksternal.
Sementara itu, imbuhnya, produsen telah menaikkan harga output pada Februari 2024, tetapi levelnya tetap rendah dibandingkan dengan rata-rata historis. Hal ini mengindikasikan inflasi inti akan tetap terjaga stabil.
Lebih lanjut, moderasi berkelanjutan pada biaya input yang didorong oleh penurunan harga komoditas global, diperkirakan akan menjaga inflasi inti tetap rendah sepanjang tahun.
“Oleh karena itu, kami memproyeksikan inflasi umum akan stabil di level 2,9% yoy pada 2024,” kata Faiz.