Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Februari 2024 mencapai 0,37% secara bulanan (month-to-month/mtm). Kenaikan harga beras menjadi penyumbang utama inflasi Februari 2024.
Secara tahunan, inflasi Indonesia pada Februari 2024 mencapai 2,75% year-on-year (yoy). Adapun secara tahun kalender, inflasi mencapai 0,41%.
"Tingkat inflasi bulanan Februari 2024 lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu,” ujar Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah dalam konferensi pers, Jumat (1/3/2024).
Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi 1% dan andil terhadap inflasi sebesar 0,29%. Komoditas utama penyumbang inflasi adalah beras dengan andil 0,21%.
Sementara itu, inflasi bulanan menurut wilayah terdapat 28 provinsi yang mengalami inflasi dan 12 provinsi mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di wilayah Sumatra Barat sebesar 1,17%.
Sebelumnya, konsensus ekonom yang dihimpun Bloomberg memperkirakan inflasi secara rata-rata mencapai 0,27% secara bulanan (month-to-month/mtm), dengan estimasi atas sebesar 0,46% mtm dan estimasi bawah sebesar 0,16% mtm.
Baca Juga
Secara tahunan, konsensus memperkirakan inflasi akan mencapai 2,56% (year-on-year/yoy) secara rata-rata, di mana estimasi tertinggi adalah sebesar 2,8% yoy dan estimasi terendah 1,9% yoy.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan inflasi Februari 2024 akan mencapai 0,24% mtm atau 2,62% yoy.
“Inflasi Februari 2024 diperkirakan berkisar 0,24% mtm atau 2,62% yoy, meningkat dari bulan sebelumnya yang tercatat 0,04% mtm atau 2,57% yoy,” katanya.
Josua memperkirakan inflasi pada periode tersebut akan didorong oleh inflasi pada komponen inti dan harga bergejolak. Inflasi inti diperkirakan akan mencapai 1,7% yoy, meningkat dari bulan sebelumnya yang sebesar 1,68% yoy.
Sementara itu, inflasi harga bergejolak akan dipengaruhi oleh kenaikan harga pangan kebutuhan pokok, diantaranya harga beras yang naik 3,8% mtm, cabai merah 11,3% mtm, telur 1,7% mtm, daging ayam 0,7% mtm, dan minyak goreng 0,6% mtm.
“Sebagian komoditas pangan terutama beras masih dipengaruhi oleh fenomena El Nino, yang mengurangi pasokan pangan dalam negeri selama periode akhir menjelang musim panen,” jelas Josua.