Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa prospek kinerja perekonomian global hingga saat ini masih rentan yang dikhawatirkan akan memberikan dampak bagi kinerja perekonomian domestik.
“Dalam kondisi geopolitik dan kondisi ekonomi global kita perlu mewaspadai karena situasinya tidak membaik, bahkan ada ketegangan-ketegangan baru. Perekonomian global 2024 diperkirakan masih dalam posisi yang lemah,” katanya dalam konferensi pers APBN Kita, Kamis (22/2/2024).
Perkiraan ini sejalan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global pada 2024 hanya 3,1% . Bahkan, proyeksi oleh Bank Dunia lebih rendah, yaitu ekonomi global hanya tumbuh sebesar 2,4%.
Sri Mulyani menjelaskan laju inflasi global mulai menunjukkan tren penurunan, tapi suku bunga global diperkirakan baru akan turun pada semester kedua 2024.
Ruang kebijakan fiskal dan moneter di berbagai negara saat ini juga cenderung terbatas mengingat stimulus yang besar telah digelontorkan sejak pandemi Covid-19. Padahal, perkembangan ekonomi yang masih lemah masih membutuhkan dukungan dari kebijakan fiskal dan moneter.
“Inilah yang harus jadi perhatian kita bahwa kita perlu menavigasi situasi yang rentan dan berisiko dari situasi global,” jelas Sri Mulyani.
Baca Juga
Di sisi manufaktur, dia menyampaikan bahwa hanya 27,3% dari negara yang disurvei yang PMI manufakturnya berada dalam zona ekspansi positif. Indonesia termasuk di dalamnya.
Sementara itu, 50% dari negara tersebut, kegiatan manufakturnya masih dalam zona ekspansif, sedangkan sisanya mulai pulih.
Sri Mulyani menambahkan, tren harga komoditas yang mulai mengalami pelemahan juga perlu terus diwaspadai. Penurunan harga komoditas terjadi sejalan dengan permintaan yang melemah dari sisi global.
Harga gas misalnya, mengalami koreksi sebesar 37,9% secara year-to-date (ytd) hingga 19 Februari 2024. Harga komoditas unggulan Indonesia pun mengalami koreksi, batu bara sebesar 18,5% ytd, meski harda CPO naik tipis 1,1% ytd.