Bisnis.com, JAKARTA - Survei Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menunjukkan minat pelaku usaha untuk berekspansi tahun ini masih tinggi. Sejumlah faktor jadi penentu realisasi ekspansi usaha, termasuk akses pembiayaan dan kondisi politik dalam negeri.
Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, 58% pelaku usaha yang disurvei menyatakan berminat untuk ekspansi bisnisnya di tahun ini meskipun tingkat ketidakpastian iklim usaha masih tinggi.
Menurutnya, realisasi ekspansi usaha bakal dipengaruhi sejumlah faktor, termasuk akses biaya (financing) pelaku UMKM maupun korporasi.
Shinta membeberkan, saat ini para pelaku usaha di sektor riil pada umumnya menggunakan modal sendiri untuk melakukan ekspansi bisnisnya. Setidaknya 60%-70% pelaku usaha yang disurvei tidak meminjam dari bank atau instrumen pasar keuangan lainnya.
Sementara 30% pelaku usaha lainnya menggunakan pinjaman bank dan 10% pelaku usaha menggunakan pasar modal sebagai instrumen pendanaan.
"Struktur sumber permodalan ini kami lihat tidak banyak berubah dalam 5 tahun terakhir. Meskipun pemerintah berupaya untuk meningkatkan inklusivitas finansial," ujar Shinta saat dihubungi, Selasa (20/2/2024).
Baca Juga
Adanya beban pinjaman yang tinggi dari sektor perbankan berupa suku bunga dianggap jadi penyebab masih minimnya pelaku usaha yang mengandalkan perbankan.
Shinta menyebut, suku bunga pinjaman riil di Indonesia terbilang lebih tinggi dan tidak kompetitif dengan suku bunga pinjaman usaha di negara-negara lainnya di Asean.
Apalagi, ditambah masih rendahnya literasi masyarakat terhadap pemanfaat produk pasar finansial secara efektif dan affordable untuk pembiayaan usaha dianggap semakin menghambat penyaluran kredit usaha.
"Ekspansi kredit via jasa perbankan atau pasar keuangan cenderung menjadi last resort," sebutnya.
Di sisi lain, adanya Pemilu dan transisi politik di tahun ini, kata Shinta, bakal berpengaruh pada realisasi ekspansi usaha dan kredit usaha. Proses transisi politik menyebabkan ketidakpastian iklim usaha atau investasi cenderung tinggi di kalangan pelaku usaha sektor riil.
Meskipun proses pencoblosan kandidat Presiden sudah berlalu, tidak serta-merta menjadi jaminan hilangnya ketidakpastian iklim usaha di Tanah Air.
Musababnya, para pelaku usaha juga masih menunggu seperti apa susunan kabinet pemerintahan selanjutnya, hingga sejauh mana kebijakan dan program kerja yang bakal dijalankan presiden terpilih memberikan kepercayaan berusaha bagi pebisnis.
Para pengusaha berharap pada transisi pemerintahan yang mulus. Setidaknya, kata Shinta, kondusivitas politik perlu dijaga selama kuaral II hingga kuartal III/2024 untuk memberi kepercayaan pelaku usaha mengekspansi bisnisnya.
"Sama sekali tidak ada jaminan untuk itu, karena pelaku pasar dan calon investor masih akan melihat bagaimana proses transisinya. Apalagi, saat ini masih proses perhitungan suara," ujarnya.