Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengungkapkan saat ini dunia, termasuk Indonesia tengah menghadapi Triple Planetary Crisis. Apa itu?
Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas Vivi Yulaswati menjelaskan bahwa selain tantangan geopolitik, Indonesia menghadapi kenyataan terhadap tiga krisis bumi.
Pertama, perubahan iklim yang berdampak pada 50%-75% dari populasi global berisiko terpapat pada dampak negative dari perubahan iklim.
“Di mana dampak dari berbagai fenomena perubahan iklim mulai suhu yang terus naik, tahun lalu naik 1,3 derajat secara global, mendekati proyeksi naik 1,5 derajat pada tahun 2100,” ungkapnya dalam Webinar Road to Bisnis Indonesia Corporate Social Responsbility Award (BISRA) 2024: Sharing Knowledge 2024 yang bertema “Paving The Way To Sustainable Business: Innovation In CSR”, Senin (12/2/2024).
Akibatnya, dari perubahan iklim ini menyebabkan kenaikan permukaan air laut seperti yang terjadi di pesisir pantai Utara Pulau Jawa.
Kedua, polusi udara dinobatkan sebagai penyebab penyakit dan kematian dini terbesar di dunia. Bahkan menyebabkan kematian hingga 4,2 juta orang setiap tahun.
Baca Juga
Dalam hal ini, Vivi melaporkan bahwa Indonesia ‘unggul’ menempati peringkat kedua sebagai negara dengan polusi tertinggi sedunia pada 2022.
Masalah polusi sampah, baik limbah domestik padat dan cair, juga menjadi tantangan dalam lingkungan.
“Laut kita 2/3 wilayah saat ini menjadi peringkat kedua yang tercemar setelah China,” lanjutnya.
Vivi menjelaskan lebih lanjut, tantangan berikutnya hilangnya keanekaragaman hayati. Saat ini, sekitar satu juta spesies tumbuhan dan hewan menghadapi ancaman kepunahan. Bahkan kawasan konservasi darat di Indonesia juga terus menunjukkan penurunan dalam lima tahun terakhir.
Vivi menekankan, bila tidak ada aksi dalam menghadapi triple planetary crisis, akan menyebabkan penurunan daya dukung dan daya tamping lingkungan yang dibutuhkan sebagai penopang penghidupan dan pertumbuhan ekonomi.
Untuk itu, Vivi mendorong Indonesia untuk menerapkan ekonomi sirkular yang diproyeksi mampu mengerek tambahan perekonomian produk domestik bruto (PDB) senilai US$45 miliar pada 2030.