Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Sentral Israel Sesumbar Ekonomi Kuat, Meski Dipangkas Moody's

Gubernur Bank Israel mengatakan perekonomian negaranya akan pulih meski peringkat kredit baru dipangkas Moody’s.
Tentara Israel duduk di dalam kendaraan militer, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, dekat perbatasan dengan Gaza, di Israel selatan, 18 Desember 2023. REUTERS/Ronen Zvulun
Tentara Israel duduk di dalam kendaraan militer, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, dekat perbatasan dengan Gaza, di Israel selatan, 18 Desember 2023. REUTERS/Ronen Zvulun

Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur Bank Sentral Israel Amir Yaron mengatakan bahwa perekonomian negaranya akan kuat dan pulih dari dampak perang. Namun, dia meminta agar pemerintah Israel mengatasi permasalahan Moody’s yang memangkas peringkat kredit negara tersebut. 

Yaron menuturkan bahwa meningkatkan kepercayaan pasar dan perusahaan pemeringkat di Israel merupakan hal yang penting bagi pemerintah dan Knesset untuk mengatasi masalah ekonomi yang diangkat dalam laporan tersebut. 

“Kami tahu bagaimana memulihkan masa-masa sulit di masa lalu dan dengan cepat kembali ke kemakmuran, dan perekonomian Israel memiliki kekuatan untuk memastikan bahwa hal yang sama akan terjadi saat ini juga,” terangnya, seperti dikutip dari Reuters, Senin (12/2/2024).

Untuk diketahui, sejak serangan militer Israel ke Gaza pada Oktober 2023, Yaron telah mendesak pemerintah untuk menjaga disiplin fiskal dan memangkas pengeluaran untuk barang-barang yang tidak terkait dengan pembalasan Israel terhadap kelompok Hamas. 

Kemudian, Moody’s juga memangkas peringkat negara tersebut untuk pertama kalinya menjadi “A2”, lima tingkat di atas investment grade dari A1 dan mempertahankan prospek kreditnya pada negatif. Hal ini menandakan penurunan lebih lanjut bisa saja terjadi. 

Dalam laporannya, Moody’s mengutip mengenai risiko politik dan fiskal yang material dari perang dan mengatakan bahwa defisit anggaran Israel akan jauh lebih besar dari yang diperkirakan sebelum konflik. 

Jika nantinya penurunan peringkat ini berkepanjangan atau mengarah pada langkah lebih lanjut, maka akan meningkatkan biaya pinjaman untuk Israel dan menyebabkan pemotongan anggaran dan kenaikan pajak untuk menjaga agar defisit anggaran tidak semakin tidak terkendali.

Moody's juga menuturkan bahwa rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) tampaknya akan mencapai puncak pada 67% pada 2025, dibandingkan 62,1% pada 2023. 

Meskipun demikian, rasio tersebut pernah lebih tinggi di masa lalu selama krisis ekonomi di Israel, namun pemerintah tidak pernah menunda pembayaran utangnya.

Di lain sisi, S&P Ratings pada bulan lalu juga menuturkan bahwa mereka dapat menurunkan peringkat kredit Israel jika perang dengan Hamas meluas.

Para pembuat kebijakan sebelumnya juga telah memberikan persetujuan awal terhadap revisi anggaran negara pada 2024 yang menambahkan puluhan miliar syikal untuk membiayai perang dan memberikan kompensasi kepada yang terkena dampak, serta meningkatkan defisit anggaran tahun ini menjadi 6,6% dari PDB, dari sebelumnya yang sebesar 2,25%.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu juga bereaksi terhadap langkah Moody's pada Jumat (9/2) dengan  mengatakan bahwa peringkat akan kembali naik segera setelah Israel memenangkan perang di Gaza. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper