Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terungkap! Alasan Induk Usaha FamilyMart Putus Hubungan dengan Israel

Induk usaha FamilyMart, yakni Itochu Corp, akan mengakhiri kerja sama strategis dengan perusahaan pertahanan Israel.
Pengunjung berbelanja seusai pembukaan gerai ke-100 Family Mart di Jakarta, Selasa (3/7/2018)./JIBI-Dwi Prasetya
Pengunjung berbelanja seusai pembukaan gerai ke-100 Family Mart di Jakarta, Selasa (3/7/2018)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA - Induk usaha FamilyMart, yakni Itochu Corp, akan mengakhiri  kerja sama strategis dengan perusahaan pertahanan Israel Elbit Systems Ltd pada akhir Februari 2024.

Chief Financial Officer Itochu Tsuyoshi Hachimura menuturkan bahwa keputusan ini diambil setelah mahkamah internasional (International Court of Justice/ICJ) pada bulan lalu memerintahkan Israel mencegah tindakan genosida terhadap rakyat Palestina dan berbuat lebih banyak untuk membantu warga sipil.

“Dengan mempertimbangkan perintah Mahkamah Internasional pada tanggal 26 Januari, dan bahwa pemerintah Jepang mendukung peran Pengadilan tersebut, kami telah menangguhkan kegiatan baru terkait MoU tersebut, dan berencana untuk mengakhiri MoU tersebut pada akhir bulan Februari,” ungkapnya, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (6/2/2024) 

Untuk diketahui, Itochu Aviation, Elbit Systems, dan Nippon Aircraft Supply (NAS) pada Maret 2023 menandatangani nota kesepahaman (MoU) kerjasama strategis, yakni tujuh bulan sebelum pecahnya perang.

Hachimura menjelaskan bahwa kerjasama tersebut berdasar dari permintaan Kementerian Pertahanan Jepang untuk tujuan mengimpor peralatan pertahanan bagi Pasukan Bela Diri yang diperlukan untuk keamanan Jepang. Kerjasama ini tidak ada hubungannya dengan konflik Israel-Palestina saat ini. 

Dia kemudian juga menyebut bahwa bisnis yang terkait dengan Israel adalah Itochu yang memiliki investasi kecil di bidang fintech dan bisnis penjualan mobil, dan tidak ada permasalahan mengenai penagihan utang dan masalah lainnya. 

Adapun, Itochu melaporkan penurunan laba bersih 10.3% pada April-Desember 2023 karena rendahnya harga batu bara dan pulp, serta keuntungan yang lebih kecil dari perdagangan energi.

Dalam sembilan bulan hingga 31 Desember 2023, perusahaan mencatat laba sebesar 611.7 miliar yen atau sekitar Rp64,8 triliun, dibandingkan 682,2 miliar yen pada tahun sebelumnya. 

Perusahaan juga mempertahankan perkiraan labanya setahun penuh hingga akhir Maret 2024 yakni sebesar 800 miliar yen atau sekitar Rp84,8 triliun, di bawah perkiraan rata-rata 821 miliar yen dalam jajak pendapat sembilan analis yang dikumpulkan oleh London Stock Exchange Group (LSEG).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper