Bisnis.com, JAKARTA - McDonald's melaporkan penurunan penjualan kuartalan pertama dalam hampir empat tahun terakhir menyusul anjloknya penjualan di bisnis internasional akibat aksi boikot.
Waralaba makanan cepat saji ini menjadi salah satu dari beberapa merek Barat yang menjadi target aksi boikot karena dianggap pro-Israel dalam konflik Israel-Hamas.
McDonald's mengatakan bahwa perang Israel-Hamas sejak 7 Oktober 2023 lalu memberikan dampak berdampak signifikan terhadap kinerja di beberapa pasar luar negeri pada kuartal IV/2023.
Penjualan di gerai yang sama di seluruh dunia naik 3,4% pada kuartal IV/2024, meleset dari perkiraan kenaikan 4,9%, yang merupakan pertumbuhan penjualan paling lambat dalam tiga tahun terakhir.
CEO McDonald’s Chris Kempczinski mengatakan dampak paling dirasakan ada di Timur Tengah. Selain itu, perusahaan juga melihat dampak terhadap bisnis di negara-negara seperti Malaysia dan Indonesia, serta di Prancis.
"Selama perang ini masih berlangsung... kami tidak berharap untuk melihat peningkatan yang signifikan (di pasar-pasar ini),” ungkap Kempczinski seperti dikutip Reuters, Selasa (6/2/2024).
Baca Juga
Penjualan McDonald's di segmen International Developmental Licensed Markets naik 0,7% pada kuartal IV/2023, jauh meleset dari perkiraan sebesar 5,5%. Bisnis ini menyumbang 10% dari total pendapatan McDonald's pada tahun 2023.
"Efek (perang) terhadap daya tahan pendapatan akan menjadi perhatian terbesar kami ... sepertinya ini akan menjadi masalah yang terus berlanjut hingga satu atau bahkan dua kuartal ke depan," ujar Brian Mulberry, manajer portofolio di Zacks Investment Management, yang memegang saham McDonald's.
Dampak aksi boikot juga dirasakan oleh Starbucks. Perusahaan yang baru membuka gerai baru pekan lalu juga memangkas proyeksi penjualan tahunannya, sebagian karena penjualan dan lalu lintas di gerai-gerai di Timur Tengah yang tertekan.
Belanja konsumen di China, yang menjadi pasar terbesar kedua McDonald's, juga masih lemah meskipun ada langkah-langkah dukungan pemerintah.
Meskipun McDonald's tidak memberikan rincian penjualan di masing-masing pasar internasional, McDonald's mencatat bahwa promosi di seluruh industri meningkat di China selama kuartal tersebut karena restoran-restoran bergegas memulihkan kembali permintaan yang lesu.
Bisnis McDonald's di Amerika Serikat juga menunjukkan tanda-tanda pelemahan, terutama pada konsumen berpenghasilan rendah yang mengurangi jumlah pesanan atau menggantinya dengan barang yang lebih murah.
Hal ini mengakibatkan penjualan yang sebanding di AS naik 4,3% pada kuartal ini, sedikit di bawah perkiraan kenaikan 4,4%.
Meski begitu, McDonald's melaporkan laba per saham yang disesuaikan sebesar US$2,95, di atas estimasi sebesar US$2,82 dolar.
Analis Stephens, Joshua Long, mengatakan McDonald’s membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pulih kembali, terutama di pasar Timur Tengah.
Namun, Long masih cenderung positif terhadap saham McDonald's karena menjadi salah satu merek dengan posisi terbaik untuk menavigasi lingkungan makro yang rumit.
McDonald's memperkirakan margin operasional 2024 berada di kisaran 40% dan memperkirakan pembukaan lebih dari 1.600 restoran baru tahun ini. Perusahaan ini melaporkan margin operasional sebesar 45,7% untuk tahun 2023.