Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Goldman Sachs: Mayoritas Investor China Khawatir Donald Trump Menang Pilpres Lagi

Dalam survei Goldman Sachs Group Inc., para investor China khawatir terhadap kemenangan mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Mantan Presiden AS Donald Trump dalam kampanye di Coralville, Iowa, Amerika Serikat pada Rabu (13/12/2023). Trump kembali maju dalam gelaran Pilpres 2024 AS, menghadapi petahana Joe Biden. - Bloomberg/Christian Monterrosa
Mantan Presiden AS Donald Trump dalam kampanye di Coralville, Iowa, Amerika Serikat pada Rabu (13/12/2023). Trump kembali maju dalam gelaran Pilpres 2024 AS, menghadapi petahana Joe Biden. - Bloomberg/Christian Monterrosa

Bisnis.com, JAKARTA – Para investor China khawatir terhadap kemenangan mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dalam pemilihan presiden (pilpres) November 2024 mendatang.

Melansir Bloomberg, Senin (5/2/2024), temuan ini adalah salah satu temuan Goldman Sachs Group Inc. setelah melakukan survei dan wawancara dengan sejumlah kliennya di Beijing dan Shanghai, yang meliputi, pengelola reksa dana, pengelola dana ekuitas swasta, dan manajer aset di perusahaan-perusahaan asuransi.

"Pertanyaan-pertanyaan yang paling sering ditanyakan di antara para investor lokal termasuk dampak bagi China jika Donald Trump kembali terpilih menjadi presiden AS berikutnya," tulis para ekonom Goldman Sachs yang dipimpin oleh Maggie Wei dan Hui Shan.

Kekhawatiran mereka tidak muncul begitu saja. Washington Post melaporkan pada 27 Januari 2024 bahwa Trump tengah mempertimbangkan opsi-opsi untuk melakukan serangan ekonomi baru yang besar terhadap China jika terpilih kembali.

Kandidat terdepan dari Partai Republik ini telah mendukung pencabutan status negara yang paling disukai China untuk perdagangan AS. Rencana ini dapat menyebabkan tarif federal untuk impor China lebih dari 40%.

Trump telah berdiskusi dengan para penasihatnya mengenai kemungkinan pengenaan tarif flat 60% untuk semua impor China. Dalam wawancara dengan Fox News pada hari Minggu, Trump mengatakan bahwa tarif impor mungkin akan lebih dari angka tersebut.

Presiden dan CEO George H. W. Bush Foundation for US-China Relations David Firestein memperkirakan pemilu di AS akan berdampak banyak pada hubungan kedua negara.

"Siapapun yang memenangkan pemilihan presiden 2024, apakah itu Biden atau Trump, saya rasa tidak akan ada perbedaan dalam cara AS mendekati China, apakah itu investasi, transfer teknologi, atau perdagangan AS," ujar Firestein.

Mantan diplomat AS ini mengatakan iklim politik di AS dalam hal China akan sangat mirip dengan apa yang telah terjadi selama delapan atau sembilan tahun terakhir ini, terlepas dari apakah Biden atau Trump yang menang.

“Ketika Biden menjabat, pada dasarnya ia tidak hanya merangkul kebijakan Trump, tetapi juga melipatgandakannya,” tambahnya.

Pada saat yang sama, dia mengatakan dapat melihat mengapa China akan sangat senang dengan prospek kemenangan Trump pada tahun 2024.

Pasar saham satuh pada Jumat pekan pekan lalu karena rasa panik mencengkeram para investor China. Pelaku pasar tidak dapat menunjukkan dorongan baru di balik pergerakan tersebut, tetapi mengutip kekhawatiran tentang penjualan paksa oleh pemegang saham dengan leverage sebagai salah satu alasan percepatan anjloknya saham.

Indeks CSI300 ditutup anjlok 4,6%, penurunan terbesar sejak 2022, sementara Indeks Shanghai Composite melemah 6,2% dalam sepekan dan mencatatkan pekan terburuk sejak 2018.

Investor lokal yang menantikan prospek ekonomi China pada tahun 2024 tidak memberikan banyak penghiburan. Ketika diminta oleh Goldman untuk menilai prospek mereka untuk tahun ini dengan menggunakan skala dari nol hingga 10, 6 dari 12 investor lokal yang menjawab nol. Sementara itu, investor lainnya memberikan skor rata-rata 3.

Adapun angka nol sama dengan periode lockdown Covid 2022 dan 10 setara dengan kuartal pertama tahun 2023 ketika China dibuka kembali dan kuartal positif terakhir untuk pasar sahamnya.

Goldman mengatakan investor lokal China juga ingin mengetahui apa yang akan memicu pelonggaran kebijakan yang lebih agresif di Beijing, dan pandangan investor luar negeri mengenai saham-saham China setelah aksi jual yang terus berlanjut

Sebagai perbandingan, kekhawatiran investor luar negeri berpusat pada fundamental ekonomi, termasuk apakah pasar properti telah mencapai titik terendah, dan bagaimana para pembuat kebijakan dapat memerangi deflasi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper