Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Luhut Blak-blakan Sebut RI Kembangkan Baterai LFP Bareng China

Menko Marves Luhut Pandjaitan, mengungkapkan saat ini pemerintah ikut mendorong kerja sama pengembangan baterai LFP dengan China.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Bisnis/Triawanda Tirta Aditya
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Bisnis/Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves), Luhut Pandjaitan, mengungkapkan saat ini pemerintah ikut mendorong kerja sama pengembangan baterai berbasis besi atau Lithium Ferro Phosphate (LFP) bersama dengan pabrikan China. 

Kerja sama itu disampaikan Luhut menyusul wacana yang disampaikan mantan Menteri Perdagangan (Mendag), Tom Lembong, soal tren penurunan harga nikel dunia dan migrasi pabrikan mobil listrik ke Baterai LFP.

Menurut Luhut, Tom Lembong, yang saat ini juga jadi Co-Captain Timnas AMIN salah kaprah soal strategi hilirisasi nikel menjadi baterai yang saat ini dikerjakan pemerintah.

“Kita bersyukur LFP juga kita kembangkan dengan Tiongkok dan lithium baterai kita kembangkan dengan Tiongkok dan lain-lain,” kata Luhut lewat keterangan video dikutip Kamis (25/1/2024).

Saat ini, kata Luhut, fokus baterai yang dikembangkan Indonesia, nickel mangan cobalt (NMC) sudah bisa didaur ulang atau masuk ke tahap recyle. Sementara itu, baterai berbasis besi atau LFP belum mampu didaur ulang.

“Tapi ingat lithium baterai bisa didaur ulang, tapi LFP tidak bisa didaur ulang sampai hari ini,” ujarnya.

Hingga tutup 2023, pemerintah telah mengamankan komitmen investasi penghiliran nikel menjadi baterai setrum mencapai US$4,2 miliar atau sekitar Rp630 triliun.

Total komitmen investasi itu berasal dari LG Energy Solution (Korea Selatan) sebesar US$9,8 miliar, CATL (China) sebesar US$5,2 miliar, Foxconn (Taiwan) sebesar US$8 miliar.

Selanjutnya, rencana investasi intensif juga berasal dari Eropa dan Amerika Serikat, di antaranya diwakili oleh Indo-Pacific-Net Zero atau INBC (Inggris), BASF (Jerman) sebesar US$2,5 miliar, Ford (Amerika Serikat) sebesar US$4,5 miliar dan VW (Jerman) mencapai US$3 miliar.

Seperti diberitakan sebelumnya, lewat podcast Total Politik, Tom Lembong mengkritik arah kebijakan hilirisasi nikel pemerintah saat ini mengacu pada tren harga komoditas itu yang terus susut setahun terakhir.

"Harga nikel di seluruh dunia kira-kira sudah turn 30% dalam 12 bulan terakhir. Dan diprediksi tahun depan akan terjadi surplus stok nikel dunia, terbesar sepanjang sejarah," kata Tom Lembong, 11 Januari 2024 lalu. 

Menurut Tom Lembong, keputusan Indonesia membangun banyak smelter akan membanjiri dunia dengan nikel. Hal tersebut akan menyebabkan harga nikel jatuh karena terjadi oversupply.

Pada kesempatan tersebut, Tom Lembong juga mengatakan bahwa 100% mobil Tesla yang dibuat di Tiongkok sudah tidak menggunakan nikel melainkan menggunakan LFP.

"Jadi 100 persen mobil Tesla yang dibuat di Tiongkok menggunakan baterai yang mengandung 0% nikel dan 0% kobalt. Jadi baterainya namanya LFP," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper