Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menegaskan total komitmen investasi hilirisasi nikel menjadi baterai kendaraan listrik mencapai US$42 miliar atau sekitar Rp630 triliun.
Komitmen investasi industri baterai listrik itu disampaikan Bahlil menyusul pandangan yang disampaikan mantan Kepala BKPM Thomas Trikasih Lembong (Tom Lembong) soal tren industri kendaraan listrik yang telah beralih ke baterai berbasis besi atau lithium ferro phosphate (LFP).
“Kemarin CATL melakukan investasi sebesar Rp90 triliun dan sudah masuk di Antam untuk pembelian sebagian saham hulu tambangnya, ini akan membangun dari tambang, smelter prekursor, katoda, sel baterai sampai dengan daur ulangnya,” kata Bahlil saat konferensi pers di Jakarta, Rabu (24/1/2024).
Bahlil merespons negatif pendapat Lembong soal pengembangan baterai yang meninggalkan bahan berbasis nickel manganese cobalt (NMC). Menurutnya, pandangan itu salah kaprah dan cenderung mendiskreditkan upaya hilirisasi bijih nikel domestik yang saat ini diarahkan untuk membangun industri baterai terintegrasi berbasis NMC.
Bahlil mengatakan, baterai berbasis NMC yang dikembangkan Indonesia tetap menjadi pilihan pasar dan industri kendaraan listrik global hingga saat ini. Alasannya, NMC menawarkan ketahanan setrum yang lebih kuat ketimbang LFP.
“Ini sumber masalahnya, tidaklah benar kalau ada mantan pejabat atau pemikir ekonomi atau siapa pun yang mengatakan bahwa nikel tidak lagi menjadi bahan yang dikejar-kejar investor,” kata Bahlil.
Baca Juga
Berdasarkan data Kementerian Investasi, total investasi senilai US$42 miliar untuk ekosistem baterai listrik itu berasal dari LG Energy Solution (Korea Selatan) sebesar US$9,8 miliar, CATL (China) sebesar US$5,2 miliar, Foxconn (Taiwan) sebesar US$8 miliar.
Selanjutnya, rencana investasi intensif juga berasal dari Eropa dan Amerika Serikat, di antaranya diwakili oleh Indo-Pacific-Net Zero atau INBC (Inggris), BASF (Jerman) sebesar US$2,5 miliar, Ford (Amerika Serikat) sebesar US$4,5 miliar dan VW (Jerman) mencapai US$3 miliar.