Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lebih Parah dari Pabrik Ban Hung-A, Banyak Pabrik Tutup Imbas Pasokan Karet Minim

Pelaku industri ban dan ekosistem karet olahan tengah menghadapi merosotnya volume pasokan seiring berkurangnya petani pemasok.
Sri Kurniati, petani karet di Desa Cipta Praja, Kecamatan Keluang, Kabupaten Musi Banyuasin sedang menyadap karet di kebun seluas 0,5 hektare. JIBI/ Bisnis-Tim Jelajah.
Sri Kurniati, petani karet di Desa Cipta Praja, Kecamatan Keluang, Kabupaten Musi Banyuasin sedang menyadap karet di kebun seluas 0,5 hektare. JIBI/ Bisnis-Tim Jelajah.

Bisnis.com, JAKARTA- Seiring tergerusnya pasokan karet mentah, membuat sulit para produsen ban domestik. Salah satu perusahaan yang telah didera imbas tersebut adalah PT Hung-A Indonesia.

Secara umum, kini produsen ban berhadapan dengan pasokan yang berkurang. Saat bersamaan, pelaku industri juga dibayangi kelesuan permintaan terutama ekspor akibat restriksi kebijakan sebagaimana diterapkan Uni Eropa.

Dewan Karet Indonesia atau Dekarindo melaporkan setidaknya terdapat 9 pabrik olahan karet di wilayah Sumatra yang gulung tikar alias tutup pada 2023 lantaran kekurangan pasokan bahan olahan karet rakyat (Bokar). 

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) sekaligus Dekarindo, Aziz Pane mengatakan menipisnya bahan baku karet untuk ban membuat kebutuhan impor bahan baku meningkat. 

"Harus diakui, kita kurang bahan baku karet. Makanya pabrik-pabrik karet di Sumatra Selatan, Riau, Aceh itu tutup. Petani sekarang lebih memilih untuk tanam kelapa sawit, lahan mereka yang tadinya karet sekarang habis. Itulah kenapa bahan baku kita menipis," kata Aziz kepada Bisnis, Kamis (18/1/2024). 

Padahal, 70% penyerapan karet alam dikonsumsi oleh industri otomotif, khususnya untuk kebutuhan ban. Suplai bahan baku karet pun terus tergerus hingga 20% (year-on-year/yoy) pada 2023. 

Kelangkaan bahan baku membuat impor terus meningkat setiap tahun. Adapun, fenomena kelangkaan bahan baku bokar semakin akut yang ditandai dengan impor bokar sebesar 254.454 ton sejak 2019 hingga Oktober 2023. 

Importasi bahan karet mulai meningkat sejak 2020 sebesar 19.600 ton dan terus meningkat hingga 113.000 ton per Oktober 2023. Bahan baku yang diimpor terutama dalam bentuk cup lump

Dalam hal ini, negara asal impor utama bokar, yaitu Cote D'ivoire atau Pantai Gading, Thailand, Ghana, Filipina, dan Liberia. Impor terbanyak datang dari Pantai Gading sebesar 198.500 ton pada periode 2019-2023. 

Di samping itu, data Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) menyebutkan bahwa kelangkaan bahan baku membuat 48 dari 152 pabrik crumb rubber tutup dalam 6 tahun terakhir. Gapkindo memperkirakan pemutusan hubungan kerja (PHK) terjadi pada 14.400 karyawan. 

Wakil Direktur Eksekutif Gapkindo Uhendi Haris mengatakan estimasi PHK tersebut merupakan total dari berbagai industri pengguna karet maupun sektor lain yang bersinggungan dengan karet. 

"Turunan industri karet itu kan banyak, jadi PHK ini tidak hanya di pabrik-pabrik karet, produk hilir seperti ban, sarung tangan, terus dari sektor logistik juga mereka pasti kena," tuturnya, belum lama ini. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper