Bisnis.com, JAKARTA - China telah mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun 2023 seiring dengan meningkatnya produksi dan investasi pada akhir tahun. Kini, Negeri Tirai Bambu mengalihkan fokusnya untuk mendukung pertumbuhan di masa depan.
Biro Statistik Nasional China melaporkan pada Rabu (17/1/2024) bahwa produk domestik bruto (PDB) China pada tahun lalu tumbuh 5,2% (year-on-year/yoy). Angka ini sejalan dengan perkiraan para ekonom yang disurvei oleh Bloomberg.
“Pada tahun 2023, perekonomian China pulih dan bergerak naik dengan perkiraan pertumbuhan sekitar 5,2%, lebih tinggi dari target 'sekitar 5%' yang ditetapkan pada awal tahun lalu,” jelas Perdana Menteri China Li Qiang berbicara di Davos, Swiss, di Forum Ekonomi Dunia yang digelar secara tahunan, seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (17/1).
Untuk periode Oktober-Desember 2023 perekonomian juga tumbuh 5,2% dari tahun sebelumnya dan naik 1% dari kuartal sebelumnya. Indikator lainnya juga beragam pada Desember 2023.
Biro Statistik negara tersebut, dalam pernyataannya yang juga menyertai data tersebut, mengatakan bahwa perekonomian China bertahan dari tekanan eksternal dan mengatasi tantangan domestik untuk bangkit kembali dan membaik pada 2023.
Namun, badan tersebut juga memperingatkan bahwa pembangunan ekonomi masih menghadapi beberapa kesulitan dan tantangan. Kemerosotan properti menjadi ancaman terbesar perekonomian, yang membebani investasi dunia usaha, menghambat terciptanya lapangan kerja dan mengekang belanja konsumen.
Baca Juga
Kemudian, kebijakan fiskal juga dipandang mengambil peran besar dalam mendorong pertumbuhan pada 2023. China sedang mempertimbangkan penerbitan utang baru senilai 1 triliun yuan atau sekitar Rp2,2 kuadriliun.
Langkah tersebut disebut sebagai rencana obligasi pemerintah khusus, yang merupakan penjualan keempat dalam 26 tahun terakhir.
Li juga menekankan di Davos bahwa target tahun lalu tercapai tanpa menggunakan “stimulus besar-besaran,” menambah spekulasi mengenai dukungan apa yang akan diberikan oleh pemerintah untuk mempertahankan momentum ekonomi.
Mengenai rencana kedepannya, Li menegaskan kembali janjinya untuk memperbaiki lingkungan bagi perusahaan asing di China. Hal ini meliputi memperpendek “daftar negatif” investasi asing, menghapus pembatasan akses di sektor manufaktur, dan memastikan perlakuan yang lebih adil terhadap perusahaan asing.
"Sehubungan dengan kekhawatiran beberapa perusahaan multinasional mengenai isu-isu seperti aliran data lintas batas dan partisipasi dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah, kami sedang mengerjakan perumusan kebijakan-kebijakan yang relevan," jelas Li.