Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RI Paling Banyak Ekspor Komoditas Ini ke China, Ada Feronikel hingga Batu Bara

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menyampaikan setidaknya terdapat lima golongan barang yang paling banyak dikirim ke China.
Ilustrasi neraca perdagangan Indonesia lewat kegiatan ekspor-impor menggunakan kapal. JIBI/Bisnis
Ilustrasi neraca perdagangan Indonesia lewat kegiatan ekspor-impor menggunakan kapal. JIBI/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) kembali mencatat China sebagai mitra dagang utama baik dari sisi impor dengan nilai perdagangan mencapai US$62,18 miliar, maupun ekspor yang mencapai US$64,94 miliar sepanjang 2023. 

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menyampaikan setidaknya terdapat lima golongan barang yang paling banyaka dikirim ke Negeri Tirai Bambu tersebut. 

Pertama, feronikel (HS 72026000) menjadi komoditas utama yang paling banyak diekspor dari Tanah Air ke China dengan total kontribusi sebesar 23,02% dari total ekspor. 

"Dengan China, komoditas yang paling banyak di ekspor oleh Indonesia adalah berupa ferronickel dengan nilai US$14,95 miliar atau mencakup 23,02% dari total ekspor ke China," katanya dalam konferensi pers, Senin (15/1/2024). 

Sementara komoditas RI lainnya yang paling banyak di ekspor ke China yaitu lignit yang mencakup 12,03% dari total ekspor. Kemudian batu bara (HS 27011900) yang menjelaskan 5,92%. 

Kemudian liquid traction of palm oil (HS 15119037) dengan kontribusi sebesar 4,7% dan nickel oxide sinters(HS 75012000) yang menyumbang 4,1% terhadap total ekspor. 

Meski mencatatkan surplus perdagangan dengan China, impor Indonesia dari China juga tercatat masih tinggi. 

Sepanjang Januari hingga Desember 2023, Indonesia mendatangkan smartphone (HS 85171300) dengan nilai US$1,95 miliar atau mencakup 3,14% dari total impor dari China. 

Sementara laptop (HS 84713020) memberikan sumbangan 1,64% dari total impor China ke Indonesia. 

Secara umum, total ekspor Indonesia pada 2023 mencapai US$258,82 miliar, lebih rendah dari 2022 yang mencapai US$291,90 miliar. Penurunan ekspor nonmigas secara kumulatif terjadi untuk semua sektor. 

“Penurunan nilai ekspor nonmigas secara kumulatif terjadi di semua sektor, terdalam di sektor pertambangan dan lainnya sebesar 20,68% [yoy],” jelas Pudji. 

Di sisi lain, total impor secara kumulatif senilai US$221,89 miliar yang juga turun 6,55%. Alhasil, neraca perdagangan barang Indonesia mencatatkan surplus senilai US$36,93 miliar. 

Capaian tersebut menjadi surplus beruntut dalam empat tahun atau sejak 2020. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper