Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahudin Uno menyarankan sejumlah opsi untuk menyiasati harga tiket pesawat yang semakin mahal jelang libur Natal dan tahun baru.
Menurutnya, masyarakat masih bisa berlibur ke destinasi wisata terdekat yang dapat dijangkau dengan kendaraan selain pesawat.
"Beberapa destinasi wisata masih bisa dijangkau melalui [jalur] darat," ujar Sandiaga usai Weekly Brief, Senin (18/12/2023).
Dia menyebut, sejumlah kendaraan jalur darat bisa menjadi alternatif untuk masyarakat bepergian untuk berlibur. Adapun harga tiket kereta, kata Sandiaga, juga sama mahalnya dengan tiket pesawat maka kendaraan pribadi bisa menjadi opsi lainnya untuk pergi ke tempat wisata.
"Karena tiket kereta api juga mahal dengan tiket pesawat jadi ada beberapa destinasi yang menawarkan paket [wisata] yang lebih terjangkau yang bisa dijangkau melalui kendaraan pribadi," kata Sandiaga.
Namun, untuk jangka pendeknya, Sandiaga mengatakan masyarakat dapat memanfaatkan promo tiket pesawat yang ditawarkan sejumlah maskapai dan online travel agent (OTA). "Masyarakat bisa memilih paket promo yang sesuai," jelasnya.
Baca Juga
Adapun untuk solusi jangka panjang, kata Sandiaga, pemerintah juga terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk melakukan skema block seat. Selain itu, koordinasi dengan industri maskapai juga terus dilakukan untuk menekan harga tiket pesawat.
"Solusi jangka panjang menambah jumlah penerbangan dan juga menambah ketersediaan kursi," ucapnya.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, Senin (11/12/2023), ketimpangan antara ketersediaan armada pesawat dan melonjaknya permintaan masyarakat menjadi pemicu harga tiket pesawat mengalami kenaikan pada masa libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024.
Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati menjelaskan saat ini masih terjadi ketidakseimbangan antara jumlah armada pesawat yang disediakan maskapai dengan permintaan penerbangan dari masyarakat.
Dia menuturkan, saat ini total ketersediaan pesawat yang dimiliki maskapai hanya 50% dibandingkan dengan masa sebelum pandemi. Kurangnya pasokan pesawat ini merupakan konsekuensi dari pemulihan industri penerbangan yang masih terus berjalan.
Adita melanjutkan, kelangkaan pesawat ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga secara global. Di sisi lain, permintaan masyarakat terhadap penerbangan akan mengalami kenaikan pada periode high season seperti Libur Nataru, Lebaran, dan hari libur lainnya.
Ketimpangan antara pasokan dan permintaan ini membuat maskapai cenderung mematok tarif tiket pesawat mendekati tarif batas atas (TBA) yang telah diatur Kemenhub.
"Memang kecenderungannya ketika high season seperti mudik Nataru, demand akan naik. Ketika supply and demand-nya tidak seimbang, ini menjadi penyebab mengapa maskapai menaruh harga [tiket pesawat] di dekat TBA-nya," katanya dalam Konferensi Pers Persiapan Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 yang dikutip dari kanal YouTube Kementerian Kominfo, Senin (11/12/2023).