Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Puma Berhenti Sponsori Tim Sepak Bola Israel, Khawatir Seperti Starbucks?

Puma mengakhiri sponsornya terhadap tim sepak bola nasional Israel tahun depan. Keputusan tersebut diklaim diambil sebelum serangan Hamas pada 7 Oktober.
Logo Puma/dok.X.com
Logo Puma/dok.X.com

Bisnis.com, JAKARTA - Puma, produsen sepatu olah raga, akan mengakhiri sponsornya terhadap tim sepak bola nasional Israel tahun depan. Keputusan tersebut diklaim diambil sebelum serangan Hamas pada 7 Oktober, kata juru bicara perusahaan pakaian olahraga Jerman

Di sisi lain, sejumlah produk mengalami kerugian karena aksi terdampak aksi boikot, salah satunya Startbuck.

“Sementara dua tim nasional yang baru dikontrak – termasuk tim pernyataan baru – akan diumumkan akhir tahun ini dan pada tahun 2024, kontrak beberapa federasi seperti Serbia dan Israel akan berakhir pada tahun 2024,” kata juru bicara tersebut dalam pernyataan email, dikutip dari Reuters, Kamis (14/12/2023). 

Keputusan tersebut diambil pada tahun 2022 sebagai bagian dari “strategi lebih sedikit-lebih besar-lebih baik” Puma dan sejalan dengan jadwal reguler untuk merancang dan mengembangkan kaus tim, tambah juru bicara tersebut.

Financial Times pertama kali melaporkan keputusan tersebut.

Gerakan Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS) yang dipimpin Palestina telah menyerukan boikot terhadap perusahaan pakaian olahraga tersebut sebelum serangan 7 Oktober atas sponsornya terhadap tim Israel.

Gerakan boikot produk Israel
Gerakan boikot produk Israel

Namun, seruan boikot makin kuat dan meluas ke lebih banyak perusahaan dan produk setelah serangan militer Israel di Jalur Gaza sejak serangan mematikan Hamas di Israel selatan.

Sementara itu, Starbucks Corp, merasakan dampak yang cukup signifikan dari aksi boikot produk-produk yang mendukung Israel, sebagai solidaritas terhadap Palestina.

Akibat dari aksi ini, kapitalisasi pasar Starbucks di Wall Street hilang nyaris US$12 miliar atau setara RP186,38 triliun (kurs Rp15.532) setelah saham Starbucks tercatat anjlok 1,6% pada Senin (4/12/2023), atau penurunan selama 11 sesi berturut-turut.

Ini merupakan koreksi terlama sejak IPO Starbucks di Bursa AS pada 1992. Secara total, kemerosotan saham tersebut telah menghapus 9,4% kapitalisasi pasar Starbucks, atau hampir US$12 miliar.

“Data penjualan pihak ketiga mengisyaratkan perlambatan material di Starbucks pada bulan November setelah raksasa kopi tersebut menghasilkan pertumbuhan penjualan yang kuat sebesar 8% pada kuartal fiskal keempat, tulis analis JPMorgan Chase & Co. John Ivankoe, mengutip Bloomberg, Kamis (7/12/2023).

Ivankoe menurunkan perkiraan penjualan kuartal pertama Starbucks di AS menjadi pertumbuhan 4% dibandingkan periode tahun lalu, untuk mencerminkan promosi liburan Natal yang mungkin kurang berhasil dibandingkan acara Pumpkin Spice Latte musim gugur. Dia memperkirakan lonjakan 6% dalam penjualan toko domestik yang sama secara triwulanan.

Saham Starbucks sempat menguat pada paruh pertama bulan November, setelah perusahaan kopi tersebut melaporkan hasil kuartalan yang melampaui ekspektasi dan memberikan prospek penjualan yang lebih baik dari yang dikhawatirkan untuk tahun fiskal 2024.

Namun saham tersebut telah jatuh selama dua minggu terakhir di tengah kekhawatiran tentang data pertumbuhan ekonomi China yang lambat dan tren penjualan, kata Ivankoe, yang memberikan peringkat overweight pada saham Starbucks.

Analis Wedbush Securities Inc., Nick Setyan mengatakan para investor khawatir bahwa penjualan serupa di AS mungkin jauh dari ekspektasi konsensus pada kuartal saat ini karena data kartu kredit telah mengisyaratkan perlambatan selama sekitar tiga minggu terakhir.

Setyan menyematkan peringkat netral terhadap saham Starbucks. Ia menyebut saham tersebut sebagai salah satu yang paling sensitif terhadap tanda-tanda kelemahan konsumen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper