Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Peta Baru E-Commerce hingga Utang Bengkak Jokowi

Peta e-commerce kian ketat seiring bergabungnya TikTok Shop dengan Tokopedia. Di sisi lain, Jokowi jadi presiden penarik utang terbesar hingga Rp6.291 triliun.
CEO TikTok Shou Zi Chew menyampaikan paparan pada acara TikTok Southeast Asia Impact Forum 2023 di Jakarta, Kamis (15/6/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
CEO TikTok Shou Zi Chew menyampaikan paparan pada acara TikTok Southeast Asia Impact Forum 2023 di Jakarta, Kamis (15/6/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Peta persaingan perusahaan e-commerce dalam negeri kian ketat seiring dengan bergabungnya TikTok Shop dengan Tokopedia. Kerja sama tersebut diproyeksi bakal membuka gairah baru bagi industri lokapasar.

TikTok Shop resmi kembali beroperasi di Indonesia mulai Selasa (12/12/2023) setelah sempat ditutup pada 4 Oktober 2023. Langkah ini tercapai setelah perusahaan asal China itu menyepakati kemitraan strategis e-commerce dengan PT GoTo Gojek Tokopedia (GOTO).

Kerja sama ini dimulai melalui periode uji coba yang dilaksanakan dengan konsultasi dan pengawasan dari kementerian/lembaga terkait. Sebagai penanda, kemunculan TikTok Shop diikuti dengan kampanye Beli Lokal pada momentum Hari Belanja Online Nasional 12 Desember 2023.

Dari kacamata persaingan bisnis, kerja sama antara TikTok dan GOTO diprediksi memperlebar gap persaingan usaha dengan kompetitor lain seperti Lazada, Blibli, dan Bukalapak, sekaligus memperpendek perebutan pasar dengan Shopee.

Di sisi lain, Ekonom melihat tren penarikan utang akan terus bertambah setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyelesaikan masa kepemimpinannya atau setelah presiden ke-8 RI menjabat.

Hingga Oktober 2023, posisi utang pemerintah di angka Rp7.950,52 triliun atau 37,68% terhadap PDB. Di mana posisi tersebut masih di bawah batas aman 60% PDB sesuai dengan UU No. 17/2023 tentang Keuangan Negara.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal melihat nilai utang akan cenderung meningkat setiap tahunnya.

Meski demikian, dirinya berharap pertumbuhan utang harus mampu lebih rendah dari produk domestik bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi maupun ekspor.

“Kalau nilai utang cenderung akan meningkat, tapi harapannya pertumbuhan utang lebih rendah dari pertumbuhan PDB dan pertumbuhan ekspor, sehingga persentase utang terhadap PDB, serta debt service ratio [DSR] mengecil,” ujarnya, Minggu (10/12/2023).

Dua petikan berita tersebut merupakan bagian dari berita pilihan Bisnisindonesia.id pada Senin (11/12/2023), berikut sejumlah berita pilihan tersebut.

1. Peta Persaingan baru Tiktok-Tokopedia-Shopee

Direktur Ekonomi Digital Celios of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda, besarnya jumlah pengguna, fitur kompetitif yang dimiliki oleh TikTok, serta masif dan komplitnya infrastruktur Tokopedia menjadi faktor utama pelebaran gap itu.

"Dampaknya adalah persaingan antara Shopee-Tokopedia dan kompetitor lain seperti Lazada, Blibli, apalagi Bukalapak akan semakin jauh. Persaingan akan mengerucut ke Shopee vs Tokopedia dengan ekosistem masing-masing,” Kata Huda kepada Bisnis, Senin (11/12/2023).

Sebagai gambaran, sampai dengan Oktober 2023 Shopee menguasai 45,9% pangsa pasar e-commerce di Asia Tenggara. Disusul Lazada 17,5%, Tokopedia 14,2%, dan TikTok Shop 13,9%. Sementara platform seperti Bukalapak, Amazon, dan lain-lain berbagi pangsa sisa sebesar 8,6%.

Data tersebut merujuk laporan perusahaan venture builder berbasis di Singapura terkait proyeksi transaksi (GMV) e-commerce di Asia Tenggara pada awal kuartal IV/2023. Hasilnya, Shopee masih menjadi pemain e-commerce teratas di kawasan.

Bila menukil data tersebut, artinya Tiktok dan Tokopedia memiliki akumulasi penguasaan pasar atau transaksi hingga 28,1%, memperpendek jarak persaingan dengan Shopee. Sebaliknya kolaborasi dua e-commerce itu bakal memperbesar jarak dengan melewati Lazada, Amadon dan Bukalapak yang tertinggal di bawah.

2. Pemangkasan Suku Bunga The Fed Masih Terlalu Dini

Federal Reserve (The Fed) masih belum cukup yakin dengan rencana pemangkasan suku bunga acuan di tengah data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang masih diimpit tekanan.

Departemen Tenaga Kerja melaporkan terjadi lonjakan angkatan kerja dengan penyerapan 199.000 pekerja, lebih baik dari perkiraan ekonomi yang memproyeksikan 180.000 orang.

Hal itu mendorong bank sentral AS tidak mengumumkan pelonggaran kebijakan moneter pada Rabu malam (13/12/2023), seperti dikutip Bisnis.com yang melansir Reuters.

Tingkat pengangguran secara tak terduga menurun menjadi 3,7% dari 3,9% pada Oktober 2023, kondisi yang membuat The Fed belum akan buru-buru memanaskan perekonomian dengan menurunkan suku bunga.

Laporan yang sama juga menunjukkan penghasilan per jam naik 0,4% dari bulan sebelumnya. Data ini juga lebih dari perkiraan dan percepatan dari bulan sebelumnya.

3. Bersiap Groundbreaking Proyek Investor Lokal Gerbong Ketiga IKN

Rencana groundbreaking proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara kloter ketiga mengalami kemunduran pelaksanaannya. Pada awalnya, peletakkan batu pertama sejumlah proyek kloter ketiga ini akan dilakukan pada tanggal 13 hingga 14 Desember 2023. Namun, rencana tersebut dimundurkan dan baru akan terlaksana pada pekan depan atau tepatnya tanggal 20 Desember 2023.

Untuk diketahui, groundbreaking investor swasta lokal di IKN telah berlangsung dalam dua periode, yakni tahap 1 dan 2. Groundbreaking kloter 1 berlangsung pada September lalu, sedangkan kloter 2 digelar 1 hingga 3 November 2023.

Dari kedua prosesi tersebut, nilai investasi yang berhasil dikantongi pemerintah mencapai sekitar Rp35 triliun. Dengan adanya groundbreaking kloter 3 ini, total investasi yang masuk selama 2023 diproyeksikan akan mencapai Rp45 triliun. Nantinya akan ada 17 proyek dengan nilai Rp10 triliun yang akan dibangun di kloter ketiga ini.

Deputi Bidang Pendanaan dan Investasi Badan Otorita IKN Agung Wicaksono berharap groundbreaking ini bisa dilakukan mengingat sebentar lagi memasuki periode libur Natal 2023 dan Tahun Baru 2024. Adapun tidak semua proyek kloter ketiga ini akan digroundbreaking pada pekan depan. Namun, 17 proyek kloter ketiga ini akan dibangun dalam 2 tahap yakni pada pekan depan dan Januari 2024.

“Ada beberapa bank kayaknya, terus tadi OJK itu Januari mungkin. Karena sebenarnya kita pengen dorong [groundbreaking] Desember, tapi waktunya sudah ini [mepet]. Mungkin sebagian besar sudah ada yang libur, tapi maksimal dulu sebelum libur harus ada groundbreaking,” ujarnya, Senin (11/12/2023).

4. Memupuk Cuan dari Kinerja PGEO

Performa bisnis PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) diprediksi bakal menunjukkan kinerja yang positif. PGEO dinilai sebagai emiten dan pemain utama pada sektor energi terbarukan dengan pertumbuhan yang stabil.

"Bisnis PGEO, yaitu panas bumi, secara overall masih banyak potensi besar yang belum dimaksimalkan. Dengan kapasitas internal mencapai 672 MW, PGEO menjadi pemain yang sangat berpotensi di sektor energi hijau yang sedang berkembang saat ini," kata Andreas Equity Research Analyst Sucor Sekuritas dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (8/12/2023).

Andreas mengatakan energi panas bumi merupakan Energi Baru Terbarukan (EBT) paling feasible untuk Indonesia dalam mencapai net zero emission. Dalam hal ini, kata dia, PGEO merupakan market leader yang bisa menjadi proksi baik di market.

Andreas melihat secara jangka panjang, PGEO akan diuntungkan karena merupakan salah satu market share terbesar, second largest share capacity. Bahkan, konsensi-konsensi panas bumi lain yang masih belum tergarap sebagian masih dipegang oleh PGEO.

“Secara fundamental kita lihat PGEO ini balance sheet-nya juga kuat. Kita lihat juga earnings-nya itu stabil dan kuat. Mereka bisa menghasilkan yang namanya EBITDA margin itu 80%, angka tersebut bisa dibilang tinggi dibandingkan perusahaan-perusahaan lain,” ujar Andreas.

5. Penyebab Utang Pemerintah Bertambah Rp7.291 T di Era Jokowi

Melihat 2022, rasio terhadap PDB utang berada di posisi 39,7%. Sementara pertumbuhan ekonomi pada 2022 berkisar di level 5,3%.

Senada, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyoroti pertumbuhan utang yang masih lebih tinggi melebihi pertumbuhan ekonomi. Artinya, utang akan semakin membesar ke depannya.

“Pertama, [utang sebagai] kebutuhan untuk penyelesaian proyek infrastruktur. Bagaimana pun juga tetap akan mengandalkan utang publik, baik utang pemerintah maupun BUMN,” jelasnya.

Hal lain yang menyebabkan kenaikan utang, yaitu adanya tren defisit anggaran yang sangat mungkin kembali melebar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper