Bisnis.com, JAKARTA — Mantan Menteri Luar Negeri Amerika (AS) Hillary Clinton menyerukan reformasi sektor asuransi dalam Konferensi Tingkat Tinggi Conference of the Parties ke 28 (KTT COP28) yang digelar di Dubai, Uni Emirat Arab, Minggu (3/12/2023) waktu setempat.
Terlebih menurutnya banyak perusahaan asuransi yang menarik diri terutama untuk mengatasi masalah iklim yang tengah terjadi. Clinton mengatakan negara berpendapatan rendah yang paling terkena dampak perubahan iklim menjadi kesulitan mendapatkan asuransi.
“Kita perlu memikirkan kembali industri asuransi. Banyak perusahaan asuransi yang menarik diri dari banyak tempat. Mereka tidak mengasuransikan rumah, mereka tidak mengasuransikan bisnis,” kata Clinton dikutip dari laman Reuters, Selasa (5/12/2023).
Clinton berkisah bahwa dirinya sempat bertemu dengan perempuan-perempuan dari India yang bekerja di bidang kontruksi, pertanian, padang garam. Mereka dipaksa bekerja dalam kondisi yang hampir tak tertahankan karena tidak memiliki alternatif perlindungan akan risiko finansialnya.
Padahal risiko finansial karena perubahan iklim, badai yang meningkat, kekeringan dan panas yang meningkat bisa terjadi kapan saja.
“Bukan perempuan miskin dan pekerja keras di India. Masyarakat di mana pun akan ditinggalkan tanpa bantuan, tidak ada asuransi untuk bisnis atau rumah mereka,” katanya.
Baca Juga
Di AS, perusahaan asuransi sudah mulai menarik diri kawasan berisiko seperti hutan California yang rawan kebakaran atau di sepanjang garis pantai tenggara yang dilanda angin topan. Clinton memperingatkan bahwa tren ini akan meningkat.
Clinton diketahui baru saja bergabung dengan Arsht-Rock Foundation Resilience Center, yang telah memelopori bentuk-bentuk baru asuransi seperti asuransi parametrik yang menawarkan perlindungan bencana mencapai tingkat ekstrem yang telah ditentukan sebelumnya, seperti asuransi pertanian karena perubahan cuaca.