Bisnis.com, JAKARTA - Pemilu 2024 secara resmi dimulai seiring dengan pelaksanaan kampanye terbuka tiga pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden beberapa hari silam. Perhelatan pesta demokrasi lima tahunan kali ini diwarnai dengan kemelut situasi global yang kian tak menentu.
Suramnya kondisi global disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2023 di Graha Bhasvara Icchana Kantor Pusat Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (29/11/2023).
Di hadapan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan bankir ternama di Indonesia, Jokowi juga mengungkapkan alasannya jarang absen untuk menghadiri konferensi dan pertemuan di tingkat internasional, yakni untuk mengetahui situasi global secara langsung dari kepala-kepala negara.
“Banyak fenomena isu domestik Negara yang berdampak ke global. Amerika Serikat inflasi dan suku bunga yang tinggi. China perlambatan ekonomi dan krisis properti. Peningkatan tensi geopolitik yang semua dadakan semuanya, perang Ukraina enggak ada hujan enggak ada angin tahu-tahu perang. Gaza enggak ada hujan enggak ada angin tahu-tahu perang,” tutur Jokowi, Rabu (29/11/2023).
Melalui konferensi internasional, Jokowi ingin mendengar dan melihat dampak signifikan yang dapat terjadi akibat situasi global yang tak menentu, khususnya terhadap perekonomian, sektor energi, hingga krisis pangan.
Orang nomor satu di Indonesia itu pun mengaku dalam 2 minggu, dirinya melakukan kunjungan kerja ke Arab Saudi hingga dua kali. Adapun, Jokowi akan menghadiri Konferensi para pihak konvensi kerangka kerja PBB tentang perubahan iklim (Conference of the Parties 28, COP-28) di Dubai.
Baca Juga
Alhasil, dia pun menyimpulkan melalui setiap konferensi internasional yang dihadirinya terangkum bahwa perang belum dapat dihentikan dalam waktu dekat yang tentunya berdampak terhadap berbagai sendi dan lini kehidupan.
“Karena kalau sudah yang namanya perang ini ganggunya ke mana-mana, gangguan rantai pasok global, lonjakan harga pangan, lonjakan harga energi semuanya akan terdampak semuanya,” imbuhnya.
Tak habis soal perang, Jokowi melanjutkan dunia juga diterpa tantangan dari perubahan iklim. Apalagi, pemanasan global sangat berdampak terhadap produksi pangan di berbagai negara.
Dia menjabarkan bahwa sebanyak 22 Negara membatasi ekspor pangan secara mendadak untuk menjaga dan memenuhi kebutuhan komoditas dari masing-masing negara.
“Dadakan lagi ini, dulu yang namanya impor beras semua negara menawarkan. ‘Saya punya stok’, ‘saya punya stok’, sekarang 22 negara stop ekspor dan membatasi ekspor pangan,” pungkas Jokowi.
Dalam kesempatan sama, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bahwa ketidakpastian ekonomi pada 2024 masih diwarnai ketidakpastian dengan lima karakteristik.
Pertama, perlambatan ekonomi global. Perry mengatakan, ekonomi global pada 2024 masih meredup, dengan pertumbuhan yang melambat ke 2,8%.
Hal ini utamanya disebabkan oleh perang Rusia dan Ukraina, perang dagang antara China dan Amerika Serikat, serta konflik antara Israel dan Palestina.
“Prospek ekonomi global akan meredup pada 2024 sebelum mulai bersinar kembali pada 2025. Ketidakpastian masih tinggi,” katanya dalam acara Pertemuan Tahunan BI, Rabu (29/11/2023).
Kedua, penurunan inflasi yang lebih lambat meski telah dilakukan pengetatan kebijakan moneter di negara maju. Meski menurun, tingkat inflasi global 2024 diperkirakan tetap berada di atas target, akibat naiknya harga energi global dan ketatnya pasar tenaga kerja.
Ketiga, masih tetap tingginya suku bunga acuan the Fed atau higher for longer, yield US treasury juga diperkirakan meningkat akibat membengkaknya utang negara itu.
Keempat, dolar AS yang diperkirakan tetap menguat sehingga mengakibatkan depresiasi nilai tukar seluruh dunia termasuk rupiah. Kelima, pelarian modal dalam jumlah besar dari negara emerging markets (EM) ke negara maju, sebagian besar ke AS.
“Kelima gejolak global tersebut berdampak negatif ke berbagai negara. Oleh karena itu, [gejolak global] perlu diantisipasi dengan kebijakan yang tepat untuk ketahanan dan kebangkitan ekonomi nasional,” tutur Perry.
Pemilu 2024
Kendati situasi global saat ini penuh ketidakpastian, Jokowi menekankan bahwa semua pihak tak perlu khawatir dengan pelaksanaan Pemilu 2024.
Jika mengacu pada jadwal Komisi Pemilihan Umum (KPU), puncak pencoblosan Presiden dan Wakil Presiden serta legislatif akan digelar pada 14 Februari 2024.
"Tahun depan kita akan mengadakan pemilu, pesta demokrasi terbesar, tapi perlu saya ingatkan tidak perlu dikhawatirkan, negara kita ini sudah berpengalaman mengadakan Pemilu. Gak sekali dua kali, sudah lima kali, jadi perbedaan agak anget agak panas ya biasa," jelasnya.
Menurutnya, perbedaan pilihan itu juga wajar saja karena Indonesia merupakan bangsa yang cinta damai, bangsa yang suka bersatu, bangsa yang senang harmonis.
Sebelumnya, Jokowi mengimbau seluruh lapisan masyarakat dan kontestan yang akan berlaga di pemilihan umum (Pemilu) 2024 agar memaknai pesta demokrasi dengan rasa damai dan aman. Orang nomor satu di Indonesia itu pun meminta agar kontestan Pemilu dan pemilihan presiden (pilpres) mengedepankan untuk saling beradu gagasan dengan riang gembira.
“Mari kita laksanakan pesta demokrasi dengan kita bersama2, berharap pesta demokrasi ini semuanya kita jalani dengan damai, aman, penuh dengan senyum, penuh dengan kegembiraan, silahkan adu gagasan, adu ide tapi dengan tetap senyum dan gembira,” ujarnya di sela acara gerakan tanam pohon bersama di Hutan Kota JIEP kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur, Rabu (29/11/2023).
Setali tiga uang, Wakil Presiden (Wapres) RI Ma’ruf Amin pun mendorong khususnya kepada para kontestan Pemilu agar terus mematuhi aturan dan tidak melakukan tindakan yang dapat menimbulkan polarisasi politik dalam masyarakat.
Selain itu, lanjut Ma’ruf, para penyelenggara Pemilu seperti KPU dan Bawaslu juga diharapkan tetap bersikap adil, termasuk pihak keamanan yakni TNI dan Polri. Menurutnya, semua instrumen pemerintah juga harus bersikap netral, termasuk Aparatur Sipil Negara (ASN).
“Kita harapkan kampanye nanti itu berjalan dengan baik dan seperti sesuai aturan, mereka harus menjadi penyelenggara Pemilu yang netral, tidak memihak kepada salah satu kontestan, dan harus menjaga supaya Pemilu kita itu berjalan dengan jujur, adil, bersih, dan pemain juga supaya bermain bersih semuanya,” imbuhnya.
Pertumbuhan Ekonomi Stabil
Meski global bergejolak, Jokowi mengaku bersyukur bahwa ekonomi Indonesia masih tumbuh dan stabil di kisaran 5%, serta inflasi yang cenderung stabil pada kisaran 2,6%.
Sebagai perbandingan, Jokowi menyebut pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara mitra, antara lain Malaysia 3,3%, Amerika Serikat 2,9%, Korea Selatan 1,4%, dan Uni Eropa 0,1%.
"Artinya apa? Kita harus optimistis, tetapi tetap harus waspada, tetap harus hati-hati. Waspada pada perubahan yang super cepat, perubahan terhadap disrupsi teknologi yang juga super cepat. Memang kita harus prudent dalam melangkah, tetapi juga jangan terlalu hati-hati. Kredit terlalu hati-hati, semuanya terlalu hati-hati, akibatnya kering perputaran di sektor riil," ucap Jokowi.
Senada dengan Jokowi, Perry mengaku optimistis perekonomian Indonesia tetap berdaya tahan dan tumbuh kuat pada 2024. Dia menyampaikan bahwa perekonomian dalam negeri pada 2024 diperkirakan tumbuh pada kisaran 4,7% hingga 5,5% dan akan meningkat lebih tinggi pada 2025.
“InsyaAllah ekonomi Indonesia 2024 dan 2025 akan menunjukkan ketahanan dan kebangkitan. Pertumbuhan ekonomi akan cukup tinggi pada 4,7%-5,5% pada 2024 dan meningkat pada kisaran 4,8%-5,6% pada 2025, salah satu yang tertinggi di dunia,” katanya dalam acara Pertemuan Tahunan BI, Rabu (29/11/2023).
Perry menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 akan didukung oleh menguatnya konsumsi dan investasi, terutama didukung oleh kenaikan gaji aparatur sipil negara (ASN), penyelenggaraan Pemilu, dan pembangunan infrastruktur Ibu Kota Nusantara (IKN), di samping peningkatan ekspor yang dipicu program hilirisasi pemerintah.
Di sisi global, Perry mengatakan bahwa perekonomian dunia masih bergejolak, bahkan diperkirakan berlangsung hingga 2024. Risiko utamanya disebabkan oleh perang Rusia dan Ukraina, perang dagang antara China dan Amerika Serikat, serta konflik antara Israel dan Palestina.
Fragmentasi geopolitik tersebut kata Perry akan mempengaruhi fragmentasi dari sisi ekonomi. Oleh karenanya, ekonomi global pada 2024 dinilai masih berisiko tumbuh melambat.
“Prospek ekonomi global akan meredup pada 2024 sebelum mulai bersinar kembali pada 2025. Ketidakpastian masih tinggi,” katanya.
BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan tumbuh melambat pada tingkat 2,8% pada 2024 sebelum meningkat ke 3% pada 2025.