Bisnis.com, JAKARTA - Arab Saudi meminta anggota lain dalam koalisi OPEC+ untuk mengurangi kuota produksi minyak mentah untuk mendukung pasar global. Namun para delegasi menuturkan bahwa beberapa anggota menolak permintaan tersebut.
Mengutip Bloomberg, Selasa (28/11/2023) pemimpin Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak ditambah Rusia, atau OPEC+ sejak bulan Juli 2023 telah melakukan pengurangan pasokan sepihak sebesar 1 juta barel per hari. Kini Arab Saudi mencari dukungan lebih lanjut dari seluruh anggota.
Usulan Arab Saudi ini muncul dalam pembicaraan sulit bagi kelompok produsen ini, yang terpaksa menunda pertemuan kebijakan mereka selama empat hari hingga 30 November 2023.
Penundaan tersebut terjadi dikarenakan Angola dan Nigeria menolak pengurangan batas kuota mereka sendiri untuk 2024, yang ditetapkan pada konferensi kartel terakhir pada Juni 2022.
Namun para produsen juga telah membuat kemajuan dengan permasalahan ini, dengan adanya kompromi sebelum akhir pekan. Namun diketahui bahwa kesepakatan belum tercapai.
Aliansi OPEC+ yang beranggotakan 23 negara menghadapi tekanan untuk melakukan intervensi di pasar minyak mentah, menyusul penurunan harga sebesar 17% selama dua bulan terakhir di tengah melimpahnya pasokan dan latar belakang ekonomi yang semakin suram.
Baca Juga
Adapun, pasar juga bisa semakin melemah pada awal 2024, terutama ketika para penganalisa, termasuk Badan Energi Internasional (EIA) mengantisipasi munculnya surplus pasokan baru.
“Dengan melemahnya fundamental dan sentimen pasar yang bearish, OPEC+ mungkin perlu mengumumkan pemotongan formal lainnya,” jelas analis di Eurasia Group yang dipimpin oleh Raad Alkadiri dalam laporannya.
Adapun, mereka juga memproyeksikan bahwa pengurangan sebesar 1 juta barel per hari dapat menyebabkan harga bisa mencapai level US$70 per barel.
Pemangkasan produksi sukarela Arab Saudi sebesar 1 juta barel per hari, yang dilaksanakan bersamaan dengan pengurangan ekspor sebesar 300,000 barel per hari dari Rusia, dijadwalkan akan berlanjut hingga akhir 2023.
Sebagian besar analis memproyeksikan Riyadh dan Moskow akan memperpanjang pembatasan tersebut hingga 2024.
JPMorgan Chase & Co. telah mencatat kemungkinan bahwa OPEC+ mungkin akan melakukan pemangkasan yang lebih dalam. Pengamat lain, Commerzbank AG dan pengelola dana lindung nilai Pierre Andurand, telah memperingatkan bahwa harga mungkin akan turun lebih jauh jika hal pemangkasan tidak dilakukan.
Kemudian, pemangkasan pasokan di seluruh aliansi mungkin dapat membuat harga minyak mengalami kenaikan, namun hal ini mungkin sulit untuk diatur.
Irak, Rusia, dan Kazakhstan baru-baru ini telah melebihi kuota mereka. Afrika juga telah kehilangan kapasitas produksi mereka sehingga tidak mungkin untuk melakukan pemangkasan lebih lanjut.
Salah satu anggota utama, Uni Emirat Arab, juga belum diketahui dengan jelas apakah akan berada di bawah tekanan untuk tidak melanjutkan penambahan kuota sebesar 200.000 barel per hari yang diizinkan mulai Januari 2024
Abu Dhabi mendapatkan dispensasi tersebut pada pertemuan OPEC+ terakhir pada bulan Juni 2023, untuk akhirnya memanfaatkan investasi terbaru dalam kapasitas baru.