Bisnis.com, JAKARTA - Komitmen investasi dari Contemporary Amperex Technology Co. (CATL) untuk proyek baterai di Indonesia akan direalisasikan pada awal Desember 2023.
Produsen baterai terbesar asal China itu lewat cucu usahanya, PT Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co, Ltd. (CBL), telah memiliki komitmen investasi bersama konsorsium BUMN, yakni Indonesia Battery Corporation (IBC), untuk mengembangkan proyek baterai kendaraan listrik terintegrasi dari hulu ke hilir di Indonesia.
CBL dan PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) akan membentuk joint venture pada sisi hulu tambang. Dalam proses ini, Antam akan mendivestasikan 49% sahamnya di konsesi tambang nikel yang dikelola anak usaha mereka, PT Sumberdaya Arindo, kepada anak usaha yang dikendalikan CBL, Hong Kong CBL Limited (HKCBL).
Direktur Utama IBC Toto Nugroho mengungkapkan, kesepakatan kerja sama antara Antam dengan CATL di sisi hulu tambang tersebut telah memasuki tahap akhir. Transaksi jual beli saham ini bakal menandai realisasi investasi CATL di proyek baterai, mulai dari usaha pertambangan, smelter, produksi precursor katoda, sel baterai, hingga battery pack.
"Dengan CATL sudah tahap akhir, 10 Desember merupakan titik mereka lakukan cash di hulunya sehingga memulai secara resmi proses dari tambang sampai ke hilir," ujar Toto dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Senin (27/11/2023).
Proses tersebut merupakan tindak lanjut dari perjanjian jual beli saham bersyarat atau conditional share purchase agreement (CSPA) yang ditandatangani antara Antam dengan HKCBL atas sebagian kepemilikan saham Antam dalam PT Sumberdaya Arindo (PT SDA) pada 16 Januari 2023.
Baca Juga
Penandatanganan CSPA ini diikuti dengan penandatanganan perjanjian pemegang saham bersyarat atau conditional shareholders agreement (SHA) pada tanggal yang sama. Conditional SHA tersebut akan berlaku efektif setelah beralihnya sebagian kepemilikan saham Antam dalam PT SDA, yaitu pada tanggal penyelesaian CSPA.
Adapun, CATL dalam proyek baterai yang bernama Dragon, berkomitmen untuk menanamkan investasi sekitar US$6 miliar atau setara dengan Rp92,48 triliun (asumsi kurs Rp15.349 per US$).
Berdasarkan catatan Bisnis, alokasi investasi itu bakal diserap secara bertahap dalam kurun waktu 3 hingga 4 tahun sesuai dengan lini masa pengerjaan industri baterai listrik tersebut dari hulu sampai hilir bersama IBC.
“US$6 miliar itu akan dilakukan secara bertahap dalam waktu 3 hingga 4 tahun mendatang, dengan adanya kesepakatan dengan CATL akan jadi mitra pertama yang jalan,” tutur Pahala Nugraha Mansury yang kala itu menjabat sebagai Wakil Menteri BUMN I, Selasa (6/6/2023).