Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Israel Tambah Utang Rp121 Triliun Sejak Perang dengan Hamas

Senilai 16 miliar shekel merupakan utang dalam mata uang dolar melalui penerbitan di pasar internasional.
Warga Palestina membawa barang-barang mereka saat meninggalkan rumah mereka, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Kota Gaza 7 November 2023. REUTERS/Mohammed Al-Masri
Warga Palestina membawa barang-barang mereka saat meninggalkan rumah mereka, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Kota Gaza 7 November 2023. REUTERS/Mohammed Al-Masri

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Keuangan Israel menyatakan negaranya telah menarik utang sekitar 30 miliar shekel atau sekitar Rp121 triliun sejak dimulainya perang dengan Hamas.

Mengutip Bloomberg, Selasa (14/11/2023), lebih dari setengah utang tersebut atau senilai 16 miliar shekel merupakan utang dalam mata uang dolar melalui penerbitan di pasar internasional.

Kemudian, kementerian pada hari Senin (13/11) kembali berutang 3,7 miliar shekel lagi di pasar lokal melalui lelang obligasi mingguannya.

“Kemampuan pendanaan Negara Israel memungkinkan pemerintah untuk membiayai seluruh kebutuhannya secara penuh dan optimal,” jelas divisi akuntan jenderal kementerian.

Perang yang dimulai pada 7 Oktober 2023 dengan Hamas telah meningkatkan pengeluaran Israel secara tajam untuk mendanai militer, memberikan kompensasi kepada bisnis di dekat perbatasan dan keluarga korban serta sandera yang disandera oleh Hamas. Pada saat yang sama, penerimaan pajak juga melambat. 

Adapun, akibatnya Israel mencatatkan defisit anggaran sebesar 22,9 miliar shekel pada bulan Oktober, melonjak dari US$4,6 miliar pada bulan September dan meningkatkan defisit pada setahun sebelumnya menjadi 2,6%.

“[Pihaknya akan terus beroperasi] di semua saluran untuk membiayai kegiatan pemerintah, termasuk semua kebutuhan yang timbul dari ... perang dan bantuan ekonomi dan sipil ke dalam negeri,” jelas Kementerian.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sendiri telah berjanji untuk “membuka keran”, untuk membantu pihak yang terkena dampak perang, yang diyakini ekonom dapat meningkatkan defisit dan rasio utang terhadap PDB hingga tahun 2024 secara tajam. 

Namun, Gubernur Bank of Israel Amir Yaron mengatakan pemerintah perlu menyeimbangkan antara mendukung perekonomian dan mempertahankan posisi fiskal yang sehat. 

Di lain sisi, lembaga pemeringkat kredit juga telah memperingatkan bahwa mereka dapat menurunkan peringkat Israel jika metrik utang memburuk.

Akuntan jenderal juga membantah laporan media Israel bahwa negaranya akan mengajukan pinjaman dari Bank Israel untuk pertama kalinya sejak  1986.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper