Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

APBN Israel Boncos Gara-gara Perang Lawan Hamas

Akibat perang, defisit fiskal Israel melebar menjadi 2,6% (yoy) dari produk domestik bruto (PDB), atau 22,9 miliar shekel yang setara Rp94 triliun.
Pasukan Israel menyerang wilayah Gaza, Palestina./ Times of Israel
Pasukan Israel menyerang wilayah Gaza, Palestina./ Times of Israel

Bisnis.com, JAKARTA – APBN Israel dilaporkan babak belur akibat menghadapi kondisi perang yang telah berlangsung satu bulan terakhir dan belum ada sinyal kapan akan mereda. 

Akibat perang, defisit fiskal Israel melebar menjadi 2,6% (year-on-year/yoy) dari produk domestik bruto (PDB), atau 22,9 miliar shekel yang setara US$6 miliar (Rp94 triliun dengan kurs Rp15.655 per dolar AS) pada Oktober. Padahal, pada September kondisi defisit masih di angka 1,5%. 

“Karena pengeluaran pemerintah meningkat akibat perang yang sedang berlangsung dengan kelompok Hamas dan pendapatan pajak menurun,” tulis Kementerian Keuangan Israel, dikutip dari The Times of Israel, Jumat (10/11/2023). 

Kementerian Keuangan memperingatkan bahwa defisit yang "tidak normal" ini disebabkan oleh peningkatan yang "signifikan" pada pengeluaran pemerintah sejak pecahnya perang pada 7 Oktober. 

Pengeluaran itu termasuk peningkatan pembayaran kepada para pemasok dan pemerintah lokal. Pengeluaran pemerintah membengkak menjadi 54,9 miliar shekel pada Oktober dari 41,9 miliar shekel pada bulan yang sama tahun lalu.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang telah mendeklarasikan perang, menambah lebih dari 300.000 tentara cadangan, di antaranya adalah para pekerja teknologi dan karyawan di berbagai sektor bisnis. Akibatnya, banyak perusahaan yang tutup atau hanya beroperasi sebagian dan yang lainnya seperti perusahaan ritel merumahkan karyawannya.

Karena tingkat dan durasi perang tidak pasti, Israel akan kembali menghabiskan miliaran shekel dalam beberapa bulan mendatang, termasuk pembayaran cadangan tentara, dan evakuasi ratusan ribu penduduk dari selatan dan utara negara itu dan relokasi mereka ke hotel. 

Pasalnya, Bank Sentral Israel mencatat negaranya harus merelakan US$600 juta atau setara dengan Rp9,4 triliun dengan kurs Rp15.655 per dolar Amerika Serikat (AS), setiap minggunya, untuk perang yang tengah berlangsung dengan Hamas.

Itu pun, belum termasuk peningkatan belanja pertahanan dan biaya rehabilitasi masyarakat di wilayah selatan. 

Padahal, Netanyahu telah membentuk anggaran pertahanan multiyear untuk 2023-2024 mencapai 68 miliar shekel (U$18,8 miliar) atau setara Rp294,3 triliun. 

Sebagian besar dari anggaran pertahanan yang akan datang diperkirakan akan digunakan untuk persiapan IDF dalam menghadapi kemungkinan serangan terhadap program nuklir Iran, termasuk pengadaan jet tempur canggih baru.

Membandingkan dengan Indonesia, anggaran tersebut dua kali lipat lebih besar dari alokasi milik Kementerian Pertahanan yang dipimpin bakal calon presiden Prabowo Subianto, sebesar Rp144,3 triliun pada 2023. 

Sementara secara umum, anggaran pertahanan dan keamanan dalam APBN RI mencapai Rp316 triliun pada 2023. 

Di samping itu, penerimaan Israel tercatat turun 11% (yoy), sementara penerimaan dari pajak anjlok 18% pada Oktober. Hal tersebut akibat adanya penangguhan pajak dan sebagian lagi disebabkan oleh kerusakan ekonomi selama periode perang.

Sebelum pecahnya perang, defisit telah meningkat di atas target fiskal pemerintah untuk tahun ini sekitar 1,1% karena pengeluaran pemerintah meningkat dan pendapatan menurun. 

Karena pertempuran yang sedang berlangsung dengan Hamas memakan korban, departemen riset Bank of Israel menilai pada akhir Oktober bahwa biaya perang akan menyebabkan peningkatan defisit pemerintah menjadi sekitar 2,3% dari PDB pada tahun 2023, dari 1% yang diperkirakan sebelumnya, dan sekitar 3,5% pada 2024.

Bank sentral pun pada akhirnya memangkas proyeksi ekonominya untuk tahun ini sebesar 2,3% pada 2023 dan 2,8% pada 2024. Padahal, Dana Moneter Internasional (IMF) pada Oktober memproyeksikan ekonomi Israel dapat tumbuh 3,1% untuk 2023 dan 3% pada 2024. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper