Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan komponen ekspor dan impor dan konsumsi pemerintah 'keok' atau mengalami kontraksi seiring melambatnya ekonomi Indonesia kuartal III/2023 yang hanya tumbuh 4,94% (year-on-year/yoy).
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan ekspor impor pada kuartal III/2023 mengalami kontraksi, dimana masing-masing sebesar -4,26% dan -6,18%.
"Ekspor terkontraksi sebesar -4,26% dan impor juga mengalami kontraksi sebesar -6,18%," kata Amalia dalam Rilis BPS, Senin (6/11/2023).
Komponen pengeluaran lain yakni konsumsi pemerintah juga turut mengalami kontraksi. Tercatat pada kuartal III/2023 konsumsi pemerintah turun sebesar 3,76% didorong oleh penurunan belanja pegawai, belanja barang, dan belanja bantuan sosial (bansos).
Selain itu, Amalia menuturkan pergeseran pembayaran gaji ke-13 menjadi pemicu kontraksi konsumsi pemerintah. Di mana pada 2022 pembayaran gaji ke-13 dilakukan di kuartal ketiga sedangkan pada 2023 terjadi di kuartal kedua, sehingga konsumsi pemerintah tumbuh 10,57% pada kuartal II/2023 dan mengalami kontraksi sebesar 3,76% di kuartal III/2023.
Di sisi lain, komponen konsumsi rumah tangga, PMTB, dan konsumsi LNPRT tumbuh positif di kuartal III/2023.
Baca Juga
Amalia menyampaikan, sebagai penyumbang utama PDB menurut komponen pengeluaran konsumsi rumah gangga tumbuh sebesar 5,06%, sedangkan PMTB tumbuh 5,77% yang didorong oleh pertumbuhan barang modal, kendaraan, serta produk kekayaan intelektual.
Sementara itu, konsumsi LNPRT tumbuh 6,21% didorong oleh peningkatan aktivitas politik dalam rangka pemilu seperti rakernas dan lainnya.