Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi bakal melandai pada kuartal III/2023. Benarkah tak akan tembus level 5%?
Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III/2023 pada hari ini, Senin (6/11/2023).
Mengutip data konsensus ekonom di Bloomberg, Minggu (5/11/2023), rata-rata estimasi pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) Indonesia di angka 4,96%. Estimasi dari 13 ekonom tersebut memiliki angka terendah sebesar 4,57% dan tertinggi senilai 5,23%.
Angka tersebut lebih rendah dari realisasi pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini, yaitu kuartal I/2023 di level 5,03% dan kuartal II/2023 sebesar 5,17%.
Jika ramalan dari konsensus ekonom tersebut benar-benar terjadi di bawah 5%, maka pertumbuhan ekonomi RI bakal menjadi yang terendah dalam delapan kuartal berturut-turut.
Data Konsensus Ekonom soal Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal III/2023
Proyeksi PDB RI Kuartal III/2023 | ||
---|---|---|
Ekonom | Lembaga | Estimasi PDB (%) |
Josua Pardede |
PT Bank Permata Tbk. |
5,05 |
Fikri C Permana |
KB Valbury Sekuritas | 4,88 |
David E Sumual |
PT Bank Central Asia Tbk. | 5,05 |
Mika Martumpal |
PT Bank CIMB Niaga Tbk | 5,12 |
Wisnu Wardana |
PT Bank Danamon Tbk. | 5,23 |
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. | 5,01 | |
Tamara Mast Henderson |
Bloomberg | 5,1 |
Juniman |
PT Bank Maybank Indonesia Tbk. | 5,09 |
Ramadani Partama |
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. | 4,82 |
Lionel Priyadi |
PT Samuel Sekuritas | 4,9 |
Miguel Chanco |
Pantheon Macroeconomics Ltd | 4,6 |
Rully Arya Wisnubroto |
PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia | 4,57 |
Sumber: Bloomberg, diolah
Baca Juga
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2023 akan mencapai 5,05% (year-on-year/YoY).
Dari sisi pengeluaran, dia menilai konsumsi rumah tangga dan investasi masih memiliki kontribusi terbeser dibandingkan komponen lainnya. Sebagaimana pada kuartal II/2023, yang masing-masing sektor tersebut berkontribusi sebesar 53,31% dan 27,9%.
Meski demikian, konsumsi rumah tangga pada kuartal III/2023 diperkirakan berkisar 5,14% YoY dari kuartal sebelumnya 5,23% YoY. Sementara perlambatan yang terjadi bersumber dari kinerja penjualan ritel.
"Perlambatan konsumsi rumah tangga terindikasi dari perlambatan laju penjualan ritel pada akhir kuartal III/2023 tercatat 1% YoY dari akhir kuartal II/2023 yang tercatat 7,9% YoY," ujar Josua, Minggu (5/11/2023).
Selain itu, laju pertumbuhan penjualan mobil baik wholesale dan ritel juga tercatat melambat pada kuartal III/2023 dengan masing-masing terkontraksi -12,0% YoY dan -8,8% Laju penjualan motor pada kuartal III/2023 juga tercatat melambat menjadi 11,3% YoY dari kuartal sebelumnya yang tercatat 40%.
Dari sisi investasi, peningkatan laju investasi didorong oleh investasi bangunan yang terindikasi dari penjualan semen sepanjang kuartal III/2023 tercatat tumbuh 6,8% YoY dari kuartal sebelumnya yang terkontraksi -3,1%.
Adapun, belanja pemerintah diproyeksikan akan mempertahankan pertumbuhan yang kuat, meskipun pada kecepatan yang lebih lambat.
"Hal ini disebabkan oleh APBN 2023 yang terus menunjukkan surplus pada September 2023, yang mengindikasikan adanya pengetatan fiskal," jelasnya.
Optimisme Konsumen
Berdasarkan data Bank Indonesia, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada September 2023 terjaga dalam level optimistis sebesar 121,7. Meski demikian, capaian tersebut ternyata lebih rendah dibandingkan dengan periode Agustus 2023 (month-to-month/mtm) yang sebesar 125,2.
Jika dirincikan, Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) tercatat sebesar 112,2, lebih rendah dari 115,5 pada Agustus 2023.
Indeks Pembelian Barang Tahan Lama (durable goods) tercatat sebesar 109,3, menurun 2,3 poin dari Agustus 2023. Indeks Penghasilan Saat Ini dan Indeks Ketersediaan Lapangan kerja juga menurun masing-masing sebesar 3,4 poin dan 4,2 poin menjadi 117,6 dan 109,6 pada September 2023.
Sejalan dengan itu, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) September 2023 tercatat sebesar 131,3, lebih rendah dari 135,0 pada Agustus 2023.
PMI Manufaktur
Selain optimisme konsumen yang melemah, indikator bisnis yakni PMI manufaktur Indonesia juga tercatat melambat.
S&P Global kembali mencatat perlambatan Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia ke posisi 51,5 pada Oktober 2023, melambat 0,8 poin dari 52,3 pada September 2023. Meskipun melambat, PMI manufaktur Indonesia masih berada dalam fase ekspansi selama 26 bulan berturut-turut.
"Data PMI menunjukkan bahwa sektor manufaktur Indonesia terus berekspansi pada awal triwulan keempat. Namun, tanda-tanda perlambatan lebih lanjut pada momen pertumbuhan telah terlihat," kata Jingyi Pan, Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence, Rabu (1/10/2023).
Pan menilai tingkat kepercayaan diri bisnis di antara perusahaan juga terus turun di bawah rata-rata jangka panjang yang menandakan penurunan optimisme terkait output 12 bulan mendatang.
Adapun, pemicu utama penurunan, yakni melemahnya permintaan domestik dan asing yang menyebabkan penurunan penjualan. Hal ini membuat produksi berada pada fase terendah sejak Juni. Perusahaan pun akhirnya menyelesaikan penumpukan pekerjaan mereka dan mengurangi tenaga kerja di tengah penurunan kapasitas.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan bahwa capaian tersebut menandakan ekspansi manufaktur Indonesia telah terjadi selama 26 bulan terakhir secara berturut-turut.
“Meskipun sedikit melambat, sentimen dalam sektor manufaktur Indonesia secara keseluruhan masih positif. Capaian ini akan terus kami jaga melalui berbagai dukungan kebijakan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mengantisipasi risiko global,” ujarnya.
Dampak dari perlambatan ekonomi global juga terlihat dari kinerja manufaktur beberapa negara yang berada di zona kontraksi, seperti Tiongkok (49,5), Thailand (47,5), Vietnam (49,6), Malaysia (46,8), Australia (48,2), dan zona Eropa (43).
Sementara, India sebagai salah satu perekonomian pada kelompok emerging economies (EMs) dan pasar potensial ekspor Indonesia masih di zona ekspansif (55,5).
Keyakinan Sri Mulyani
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2023 akan terjaga di atas threshold 5% secara tahunan (year-on-year/yoy).
“Kami optimistis di kuartal III/2023 masih terjaga [di 5% atau lebih],” katanya dalam konferensi pers KSSK, Jumat (3/11/2023).
Menurutnya, konsumsi masyarakat atau rumah tangga akan tetap menjadi penyumbang utama, setelah dua kuartal sebelumnya tumbuh masing-masing sebesar 4,54% (yoy) dan 5,23%.
Selain itu, berbagai indikator ekonomi masih terjaga tinggi. Seperti halnya Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur Indonesia per Oktober 2023 yang tercatat masih ekspansif di angka 51,5. Sementara Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) September 2023 yang terjaga dalam zona optimis (>100) pada level 121,7.
Sebelumnya, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut telah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 5,1% (yoy) pada kuartal III/2023. Pertumbuhan ekonomi tersebut diperkirakan melambat jika dibandingkan dengan capaian pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2023 yang sebesar 5,17% yoy.
Meski tetap tumbuh walau melambat, hal ini akan ditopang oleh konsumsi domestik yang meningkat. Terlebih, akselerasi belanja mulai terjadi pada semester kedua 2023.
Ke depannya, Sri Mulyani menekankan bahwa pemerintah terus menjaga sisi permintaan, salah satunya dengan bantuan APBN sebagai shock absorber.
“Keseluruhan tahun 2023 kami tetap mengharapkan terjaga di atas 5 persen meskipun dengan adanya El Nino, tekanan kenaikan harga beras, harus tetap kami waspadai, oleh karena itu APBN bekerja memitigasi berbagai ancaman yang bisa mempengaruhi kinerja perekonomian di kuartal IV/2023,” ujarnya.