Bisnis.com, JAKARTA – Ekonomi Amerika Serikat tumbuh nyaris 5% pada kuartal III/2023, laju tercepat sejak akhir 2021. Pertumbuhan ini didorong oleh belanja konsumen yang kuat.
Berdasarkan laporan Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan AS yang dirilis Kamis, (26/10/2023), produk domestik bruto (PDB) AS meningkat 4,9% pada kuartal III/2023 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Pertumbuhan PDB ini berada di atas proyeksi pasar yang memperkirakan PDB tumbuh 4,3% dan jauh lebih tinggi dari pertumbuhan PDB kuartal II/2023 sebesar 2,1%,
Melansir Reuters, belanja konsumen, yang menyumbang lebih dari dua pertiga aktivitas ekonomi AS, tumbuh 4,0% setelah hanya meningkat 0,8% pada kuartal II/2023. Belanja konsumen menambah 2,69 poin persentase pada pertumbuhan PDB.
Sementara itu, pengeluaran pemerintah juga meningkat. Namun, investasi bisnis turun untuk pertama kalinya dalam dua tahun terakhir karena pengeluaran untuk peralatan seperti komputer menurun.
Pertumbuhan PDB AS ini menunjukkan bahwa inflasi yang mendasari mereda secara signifikan. Sebagian besar ekonom telah merevisi perkiraan mereka dan sekarang percaya bahwa The Fed dapat merekayasa pendaratan lunak atau soft landing ekonomi.
Baca Juga
”Tidak hanya ekonomi yang secara mengejutkan tangguh, AS juga mencatat pertumbuhan yang didorong oleh produktivitas selama dua kuartal berturut-turut pada tahun 2023, yang berarti siklus bisnis masih terlihat sangat solid,” ungkap Profesor ekonomi Boston College Brian Bethune.
Geopolitik dan Perang
Lonjakan ekonomi AS di kuartal III/2023 terjadi di tengah gelojak global, khususnya di geopolitik dengan pecahnya konflik Israel – Hamas, perang Rusia-Ukraina yang berkepanjangan, ditambah dengan ketegangan regional di Laut China Selatan antara China dan Filipina.
AS memiliki keterlibatan, baik langsung atau tidak langsung, dengan ketegangan geopolitik tersebut. Di tengah konflik Israel-Hamas misalnya, Presiden Joe Biden menyatakan dukungannya terhadap Israel dan memerintahkan dukungan tambahan untuk negara tersebut dalam menghadapi Hamas.
Sementara itu, Menteri Pertahanan AS juga mengatakan negaranya akan menyediakan peralatan dan sumber daya tambahan, termasuk amunisi, terhadap Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Berdasarkan keterangan Gedung Putih yang dilansir CNN International, AS menganggarkan US$14,3 miliar untuk bantuan kepada Israel. Dana ini terdiri dari US$10,6 miliar untuk bantuan melalui Departemen Pertahanan, termasuk dukungan pertahanan udara dan rudal, investasi basis industri, dan penambahan stok AS yang ditarik untuk mendukung Israel.
Sementara itu, US$3,7 miliar sisanya dianggarkan untuk Departemen Luar Negeri untuk memperkuat militer Israel dan meningkatkan keamanan Kedutaan Besar AS.
AS juga menggelontorkan anggaran US$61,4 miliar kepada Ukraina. Dari anggaran tersebut, US$30 miliar dialokasikan kepada Departemen Pertahanan untuk peralatan bagi Ukraina dan penambahan stok AS.
Sementara itu, US$14,4 miliar dialokasikan untuk kelanjutan dukungan militer, intelijen, dan pertahanan lainnya. Hal ini termasuk investasi basis industri pertahanan, biaya transportasi personel dan peralatan AS, dan melanjutkan kehadiran pasukan AS yang ditingkatkan di Eropa, di antara kegiatan-kegiatan lainnya.
Adapun US$16,3 miliar untuk bantuan ekonomi, keamanan, dan operasional, US$481 juta untuk membantu warga Ukraina yang tiba di AS melalui program Uniting for Ukraine, dan US$149 juta untuk Administrasi Keamanan Nuklir Nasional.
Kontribusi Pengeluaran Pertahanan ke Ekonomi
AS termasuk negara yang jor-joran dalam pengeluaran militer dan pertahanan. Belanja pertahanan oleh AS menyumbang hampir 40 persen dari pengeluaran militer negara-negara di seluruh dunia pada tahun 2022, menurut data Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI).
Pengeluaran pertahanan AS meningkat sebesar US$71 miliar dari tahun 2021 hingga 2022, sebagian karena bantuan militer yang dikirim untuk mendukung Ukraina dalam konflik yang sedang berlangsung, dan Amerika Serikat sekarang membelanjakan lebih banyak untuk pertahanan daripada gabungan 10 negara berikutnya.
SIPRI mencatat, AS menghabiskan US$877 miliar untuk pertahanan nasional pada tahun 2022. pengeluaran ini mencakup pengeluaran diskresioner dan wajib oleh Departemen Pertahanan, Departemen Energi, Departemen Luar Negeri, dan Program Intelijen Nasional.
Meskipun AS membelanjakan lebih banyak untuk pertahanan daripada negara lain, Kontribusi pengeluaran pertahanan terhadap PDB hanya sebesar 3,1 persen dari outlook PDB tahun 2023.
Kantor Anggaran Kongres memproyeksikan bahwa porsi ini akan menurun selama 10 tahun ke depan menjadi 2,8 persen pada tahun 2033. Jauh lebih rendah daripada rata-rata pengeluaran pertahanan selama 50 tahun sebesar 4,3 persen dari PDB.
Statista mencatat, kontribusi pengeluaran pertahanan terhadap PDB juga jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan negara lain seperti Arab Saudi, Israel, Qatar, Aljazair, dan Rusia.
Seperti halnya pengeluaran pemerintah lainnya, investasi ini berdampak pada ekonomi AS. Menurut Investopedia, setiap dolar yang dibelanjakan untuk pertahanan berarti ada anggaran lain yang tidak dibelanjakan untuk layanan publik lainnya.
Di sisi lain, anggaran untuk militer berakhir di sektor swasta sebagai pembayaran untuk barang dan jasa yang dibutuhkan militer.