Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Poin Penting Jelang Keputusan Suku Bunga BI, Tetap atau Bakal Naik?

Sebanyak 30 dari 31 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg memprediksi BI akan mempertahankan suku bunga acuannya di 5,75%.
Gedung Bank Indonesia./ Bloomberg
Gedung Bank Indonesia./ Bloomberg

Perlambatan Ekonomi

Meskipun negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara ini berhasil mempertahankan surplus perdagangan tahun ini, hal ini lebih disebabkan oleh penurunan impor yang lebih lama, yang menunjukkan tanda-tanda melemahnya perekonomian.

Hal tersebut tercermin dari pengiriman keluar negeri Indonesia atau impor turun selama empat bulan berturut-turut sejak Juni. 

"Mengindikasikan pelemahan akibat perlambatan global yang berdampak pada ekonomi domestik," kata kepala ekonom PT Bank Mandiri Andry Asmoro. Kontraksi ini terutama disebabkan oleh penurunan impor bahan baku dan barang modal.

Dari sisi domestik, optimisme meredup di kalangan konsumen dengan indeks yang melacak kepercayaan mereka jatuh ke level terendah dalam sembilan bulan terakhir. Para pembuat kebijakan telah mengambil tindakan pencegahan atas kenaikan harga-harga bahan makanan pokok seperti beras dan gula karena El Nino yang berkepanjangan, yang berisiko meningkatkan inflasi lebih lanjut dan, pada gilirannya, merusak daya beli.

Harga-harga konsumen naik lebih dari yang diperkirakan yaitu 2,28% per tahun di bulan September, didorong oleh inflasi beras yang lebih tinggi yang melampaui 18% dari tahun ke tahun. Inflasi inti - sebuah indikator yang diawasi secara ketat oleh otoritas moneter - tetap rendah di 2%.

Lonjakan Arus Modal Keluar

Ekonom Markoekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky melihat dinamika di pasar Amerika Serikat terkait dengan potensi kenaikan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang telah mengakibatkan lonjakan arus modal keluar dari pasar Indonesia dalam beberapa pekan terakhir. 

Hal tersebut terjadi, meski perdagangan Indonesia yang masih membukukan surplus, namun melambat,

Tercermin dalam penjualan saham dan aset obligasi senilai US$1,35 miliar antara pertengahan September dan pertengahan Oktober

“Penting untuk diperhatikan bahwa tekanan pada Rupiah akan berlanjut untuk beberapa waktu ke depan, yang kemungkinan akan menimbulkan tantangan bagi bank sentral dalam beberapa bulan mendatang,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (19/10/2023). 

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper