Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Israel vs Hamas Picu Risiko Inflasi, Suku Bunga Fed Naik Lagi?

Benarkah suku bunga The Fed berpotensi naik gara-gara dipicu perang Israel vs Hamas?
Logo bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat./ Bloomberg
Logo bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat./ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Federal Reserve (The Fed) Bank of Richmond Thomas Barkin menyampaikan bahwa para pembuat kebijakan masih memiliki waktu untuk memutuskan arah kebijakan suku bunga guna mengembalikan inflasi ke level 2%.

“Saya masih melihat untuk bisa diyakinkan, baik permintaaan yang mulai stabil dan setiap pelemahan akan berimbas pada inflasi,” katanya dalam pidato yang dipersiapkan untuk disampaikan pada Real Estate Roundtable di Washington, dilansir melalui Bloomberg, Rabu (18/10/2023).

Meskipun arah inflasi belum jelas, dia mengatakan The Fed memiliki waktu untuk melihat apakah kita telah melakukan cukup banyak hal, atau apakah masih banyak yang harus dilakukan. 

Kepala Fed Richmond menyampaikan bahwa laju inflasi telah melambat menjadi 3,7% pada September 2023. Inflasi AS sudah melandai atau turun dari puncaknya 9,1% pada Juni tahun lalu, meskipun belum kembali ke sasaran target.

“Kita belum sampai di sana [target inflasi 2%], tetapi kita menuju ke arah yang benar,” jelasnya.

Barkin yang tidak memberikan suara pada keputusan suku bunga tahun ini, mengatakan bahwa dia mendukung keputusan Komite Pasar Terbuka Federal untuk tidak menaikkan suku bunga pada pertemuan September 2023 sehingga para pejabat dapat mengumpulkan lebih banyak data untuk menilai dampak dari pengetatan kumulatif sejauh ini. 

Pejabat The Fed telah mengisyaratkan bahwa mereka cenderung mempertahankan kebijakan untuk kedua kalinya berturut-turut bulan depan, setelah kenaikan imbal hasil obligasi baru-baru ini mengetatkan kondisi keuangan. 

Namun, kenaikan suku bunga tidak akan terjadi karena data yang terus menunjukkan ketahanan ekonomi AS, termasuk penjualan ritel dan angka-angka produksi pabrik yang dirilis pada Selasa. 

Para pejabat The Fed melihat sejumlah risiko, termasuk guncangan harga makanan dan pasar perumahan yang lebih kuat, yang dapat memicu kembali inflasi. 

Selain itu, perang yang diperkirakan terjadi antara Israel dan Hamas mengancam harga energi tetap tinggi, sehingga mendorong pertumbuhan harga. 

"Kita sedang berjalan di garis tipis, jika kita salah mengoreksi, inflasi akan muncul kembali. Jika kita salah mengoreksi, kita melakukan kerusakan yang tidak perlu pada perekonomian," kata Barkin.

Dia mengatakan bahkan kebijakan terbaik pun memiliki potensi untuk dikacaukan oleh kejadian-kejadian eksternal, seperti yang telah kita ingatkan dengan berita-berita terbaru dari Timur Tengah, yaitu perang Israel vs Hamas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper