Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan Bank Indonesia (BI) masih akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan sebesar 5,75% pada bulan ini dan di sisa 2023.
“Namun, yang akan berbeda adalah penekanan BI untuk lebih menstabilkan nilai tukar rupiah dan bagaimana BI mengantisipasi dan memitigasi jika The Fed terus bersikap lebih hawkish di masa depan,” katanya kepada Bisnis, Rabu (18/10/2023).
Josua berpendapat, risiko moneter mendatang akan datang dari dalam dan luar negeri. Dari sisi eksternal, suku bunga global diperkirakan bertahan pada level yang tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama atau higher for longer, juga arah kebijakan the Fed yang cenderung lebih hawkish pada 2024.
Kondisi ini, lanjutnya, juga terkait dengan dampak el nino terhadap harga pangan global, dan risiko konflik Hamas-Israel yang terus mendorong kenaikan harga minyak dunia di tengah keputusan OPEC+ untuk memangkas produksi minyak.
Sementara di dalam negeri, Josua mengatakan ada risiko inflasi, terutama pada harga pangan sebagai dampak dari El Nino. Namun, risiko tersebut dipandang cenderung terkendali.
Menurutnya, risiko utama akan datang dari melebarnya defisit neraca transaksi berjalan seiring dengan risiko perlambatan ekonomi global pada 2024. Situasi ini, bersamaan dengan risiko skenario higher for longer dinilai masih dapat memicu sentimen risk-off.
Baca Juga
“Tentunya hal ini akan berdampak pada stabilitas nilai tukar rupiah dan meningkatkan risiko imported inflation,” jelas Josua.
Dia menilai, upaya untuk menjaga nilai tukar rupiah masih perlu dibarengi dengan efektivitas kebijakan lain, seperti devisa hasil ekspor dan kebijakan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Namun, efektivitas dari kebijakan tersebut baru dapat dirasakan sekitar setelah 3 bulan.
“Kami memandang kebijakan moneter ke depan akan diarahkan untuk mempercepat efektivitas kebijakan-kebijakan tersebut, dan BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuan di level saat ini,” katanya.
Dia menambahkan, ruang penurunan suku bunga acuan baru akan terjadi pada kuartal terakhir 2024 atau setelah ruang pemangkasan suku bunga The Fed terbuka di akhir semester I/2024, seperti yang diantisipasi pasar saat ini.
“Pernyataan The Fed dalam beberapa hari terakhir yang lebih dovish akan lebih berdampak pada kepastian kapan suku bunga global akan mencapai puncaknya dan sejauh mana ruang untuk memangkas Fed Funds Rate. Kami melihat hal ini akan berdampak lebih signifikan terhadap arah kebijakan moneter BI untuk tahun 2024,” kata Josua.