Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia Battery Corporation (IBC) mengincar kepemilikan saham sekitar 30% hingga 40% di pabrik baterai kendaraan listrik garapan Hyundai dan LG di Karawang, Jawa Barat.
SVP Corporate Strategy & Business Development IBC Adhietya Saputra menuturkan, proses negosiasi akuisisi saham pada pabrik yang disebut Proyek Omega itu ditargetkan rampung sebelum April 2023.
Saat itu, pabrik garapan usaha patungan perusahaan Korea Selatan itu diharapkan sudah menghasilkan sel baterai dengan kapasitas awal 1 gigawatt hour (GWh). Rencananya, kapasitas produksi akan naik sampai ke kemampuan optimal di level 10 GWh.
“Kita sedang dalam proses negosiasi, dari pemegang saham awalnya entry di 5 persen, harapannya bisa ke 30 persen sampai dengan 40 persen,” kata Adhietya saat ditemui di Jakarta, Rabu (18/10/2023).
Adhietya menuturkan, negosiasi dengan Hyundai dan LG terkait akuisisi saham pabrik baterai tersebut belakangan masih tarik-ulur Kendati demikian, dia optimistis posisi negosiasi IBC cukup kuat dengan pelepasan saham di sisi hulu tambang dari usaha patungan lainnya yang cukup besar.
“Karena ada negosiasi di hulu dan hilir ini kayak tarik-tarikan kalau kita kasih tambangnya segitu, tentunya kita minta di bawahnya share-nya yang lebih besar, indikatifnya 5 persen tapi belum pasti,” kata dia.
Baca Juga
Di sisi lain, dia memastikan lewat negosiasi yang telah berlangsung, Hyundai dan LG sepakat untuk menambah kapasitas produksi dari Proyek Omega itu untuk 20 GWh pada tahap kedua pengembangan.
Dia memastikan perseroan memiliki kemampuan finansial yang kuat untuk mengambil saham hingga maksimal 40 persen tersebut.
Sebelumnya, proyek dengan kucuran investasi antara LGES dan Hyundai Motors Corp yang mencapai US$1,1 miliar ditarget produksi perdana pada April tahun depan. Nantinya, baterai yang diproduksi akan memasok kendaraan listrik Hyundai. Bahkan, tidak hanya di Indonesia, pabrik ini juga akan melakukan ekspor sel baterai untuk produk Hyundai di luar negeri.
"Proyek Omega di Karawang, ini 10 GWh hasilnya yang terakhir [pembangunan] sudah sampai 70-80 nilai investasi dari LGES dan Hyundai sebesar US$1,1 miliar dan ini awal dari Indonesia menjadi EV Production HUB yang terintegrasi dengan mobil EV Hyundai," kata Direktur Utama IBC, Toto Nugroho di Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR, Rabu (12/4/2023).
Namun, dalam hal ini Toto mengakui bahwa pabrik ini tidak mempunyai katoda sendiri. Artinya, komponen tersebut harus diimpor, meski begitu material bahan bakunya, seperti nikel berasal dari Indonesia.
"Memang dari pabriknya sendiri katodanya harus impor dijadikan baterai dan baterainya masuk ke mobil Hyundai, dan setelah terjadi end to end development bagian dari prekursor dan baterai materialnya akan datang dari nikel punya Indonesia," tutup Toto.