Bisnis.com, JAKARTA – Inflasi Amerika Serikat (AS) berada di atas ekspektasi pada September 2023 di tengah kenaikan biaya sewa dan bensin. Namun, angka inflasi inti melambat dan mendukung ekspektasi The Fed tidak akan menaikkan suku bunga bulan depan.
Berdasarkan data Departemen Tenaga Kerja AS yang dirilis Kamis (12/10/2023), indeks harga konsumen (IHK) mencapai 3,7% secara year-on-year (yoy) pada September, tidak berubah dari bulan sebelumnya.
Dibandingkan bulan Agustus (month-to-month/mtm), inflasi AS mencapai 0,4%, turun dari level 0,6% pada Agustus 2023 yang menjadi kenaikan terbesar dalam 14 bulan terakhir.
Angka inflasi ini lebih tinggi dari ekspektasi ekonom dalam survei Reuters yang memperkirakan IHK naik 0,3% mtm dan naik 3,6% yoy.
Di sisi lain, inflasi inti yang tidak termasuk komponen makanan dan energi naik 0,3% mtm, sama dari bulan sebelumnya. Adapun IHK inti naik 4,1% yoy, turun dari 4,3% pada bulan Agustus.
Data pemerintah sebelumnya melaporkan indeks harga produsen naik 0,5% di bulan September, terangkat oleh harga bensin dan makanan yang lebih tinggi, meskipun tekanan inflasi yang mendasari di tingkat pabrik terus berkurang.
Baca Juga
Menurut FedWatch Tool CME Group, pasar keuangan memperkirakan bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga acuan pada pertemuan kebijakan 31 Oktober-1 November 2023. Keyakinan tersebut mendapat dukungan dari komentar para pejabat tinggi The Fed pada hari Senin bahwa melonjaknya imbal hasil obligasi pemerintah AS jangka panjang dapat menjauhkan bank sentral dari kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Kekerasan di Timur Tengah juga terlihat membuat The Fed enggan untuk mengetatkan kebijakan moneter lebih lanjut, meskipun hal itu telah menyebabkan imbal hasil Treasury turun dari level tertinggi 16 tahun.
Sejak Maret 2022, The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya sebesar 525 basis poin ke kisaran 5,25%-5,50% saat ini. Di sisi lain, inflasi masih belum turun ke target bank sentral di level 2 persen.
Namun, permintaan yang masih kuat, yang ditandai dengan ketatnya pasar tenaga kerja, menunjukkan bahwa suku bunga dapat tetap tinggi untuk beberapa waktu.
Data tenaga kerja AS mencatat ada 336.000 lapangan kerja baru pada September, terbanyak dalam delapan bulan terakhir dan hampir dua kali lipat dari jumlah yang diperkirakan oleh para ekonom dalam survei Reuters. Ketahanan pasar tenaga kerja mendorong inflasi layanan inti, kecuali harga sewa.
Dalam laporan terpisah pada hari Kamis, Departemen Tenaga Kerja mengatakan klaim awal tunjangan pengangguran tidak berubah pada 209.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 7 Oktober. Para ekonom memperkirakan 210.000 klaim untuk minggu terakhir.
Belum ada tanda-tanda bahwa pemogokan United Auto Workers (UAW), yang kini memasuki minggu keempat, berdampak besar pada pasar tenaga kerja. Pemogokan ini menciptakan bottle neck dalam rantai pasokan, memaksa Ford Motor, General Motors (GM) dan Chrysler merumahkan dan memberhentikan ratusan pekerja.
Aksi industri UAW ditandai oleh para pembuat kebijakan sebagai sumber ketidakpastian baru seputar prospek ekonomi.
Sementara itu, risalah pertemuan Fed pada 19-20 September yang diterbitkan pada hari Rabu menunjukkan banyak pejabat The Fed mengamati bahwa intensifikasi pemogokan menimbulkan risiko kenaikan inflasi dan risiko penurunan aktivitas.