Bisnis.com, JAKARTA - Ketahanan pangan dan pembangunan ekonomi inklusif serta berkelanjutan merupakan dua elemen kunci dalam memastikan kesejahteraan masyarakat. Kedua elemen ini saling berkaitan yang berperan penting dalam menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua orang.
Ketahanan pangan Indonesia pada 2022 berada di urutan ke 69 dari 113 negara, dan di bawah rata-rata global sebesar 62,2 poin. Rata-rata ketahanan pangan di kawasan Asia Pasifik pun lebih tinggi, yakni mencapai sebesar 63,4 poin.
Menurut data Global Food Security Index (GFSI), indeks ketahanan pangan Indonesia pada 2022 tercatat berada di level 60,2 poin. Namun, skor tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan periode 2020—2021. Skor indeks ketahanan pangan Indonesia pada 2021 sebesar 59,2 poin, sedangkan pada 2020 sebesar 59,5 poin.
Indeks ketahanan pangan GFSI diukur dengan menggunakan empat indikator, yakni keterjangkauan harga pangan (affordability), ketersediaan pasokan (availability), kualitas nutrisi (quality and safety), serta keberlanjutan dan adaptasi (sustainability and adaptation).
Ketahanan pangan adalah landasan utama dari kehidupan yang sehat dan produktif. Ini bukan hanya tentang memiliki cukup makanan untuk semua orang, tetapi juga tentang akses yang adil dan berkelanjutan terhadap makanan berkualitas tinggi.
Dalam upaya mencapai ketahanan pangan berarti mampu untuk mengatasi kelaparan, malnutrisi, dan kerentanan terhadap fluktuasi harga pangan yang sering terjadi. Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan upaya serius dalam hal produksi pangan berkelanjutan, distribusi yang adil, dan pendidikan gizi yang memadai.
Baca Juga
Adapun, sistem pangan global saat ini tengah menghadapi tekanan yang sangat besar yang diperparah oleh pertumbuhan populasi yang terus meningkat serta dampak perubahan iklim yang makin terasa.
Selain itu, kerentanannya terhadap gangguan global seperti pandemi menunjukkan bahwa tidak hanya menjaga kesinambungan rantai pasok pangan yang penting, tetapi juga merumuskan pertanyaan krusial mengenai keberlanjutan sistem pangan.
Dalam sistem pangan nasional, kini saatnya untuk memulai langkah dan komitmen dalam mencapai tujuan jangka panjang untuk mengembangkan sistem pangan yang kokoh, produktif, dan berkelanjutan.
Konsep sistem pangan yang berkelanjutan mencakup penerapan praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan, mengurangi pemborosan makanan, dan meningkatkan efisiensi dalam proses rantai pasokan.
Selain itu, perlu mempertimbangkan bagaimana cara untuk memastikan akses yang lebih merata terkait dengan sumber daya pertanian, termasuk tanah dan air. Dalam konteks ekonomi inklusif, ini berarti memberikan peluang kepada petani kecil dan kelompok masyarakat yang rentan untuk ikut serta dalam sistem pangan. Dengan bantuan teknologi, pelatihan, dan akses ke pasar dapat membantu mengatasi kemiskinan dan ketidaksetaraan.
Sistem pangan yang kuat dan berkelanjutan tetap menjadi pondasi utama dalam mencapai dua tujuan penting dalam pembangunan global: ketahanan pangan dan ekonomi yang inklusif.
Dalam menciptakan ekonomi inklusif yang berkelanjutan, kita perlu memahami bagaimana ketahanan pangan berperan sebagai fondasi.
Ketika masyarakat memiliki akses yang lebih baik untuk makanan yang berkualitas tinggi, akan berdampak positif ada kesehatan maupun produktivitas, sehingga dapat membuka pintu bagi peluang ekonomi yang lebih besar.
LAPANGAN KERJA
Selain itu, pengembangan sektor pertanian dan pangan yang berkelanjutan memiliki potensi untuk menciptakan lapangan kerja lokal yang sangat signifikan, termasuk pekerjaan di sektor pertanian itu sendiri, pengolahan makanan, distribusi, serta sektor terkait lainnya.
Dengan menginvestasikan sumber daya yang tepat dalam sektor-sektor ini dan memastikan kesempatan yang setara untuk semua orang dalam mengakses peluang ekonomi ini, dapat membentuk masyarakat yang memiliki kemampuan untuk mengatasi tantangan dan perubahan, serta mampu menjaga kesejahteraan dan stabilitas jangka panjang.
Terlebih lagi, pertanian yang berkelanjutan juga memiliki potensi untuk menciptakan lapangan kerja lokal yang substansial, yang melibatkan pekerjaan bukan hanya di dalam sektor pertanian, tetapi juga di sektor-sektor yang berhubungan seperti pengolahan pangan, distribusi, dan pemasaran.
Dengan investasi yang tepat dalam sektor-sektor ini dan menjamin bahwa kesempatan ekonomi didistribusikan secara merata, sehingga dapat membangun fondasi yang solid untuk mewujudkan ekonomi yang inklusif dan kuat.
Dasar dari ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan adalah ketahanan pangan yang kuat dan sistem pangan berkelanjutan. Integrasi yang baik antara ketahanan pangan dan sistem pangan yang berkelanjutan menciptakan sinergi yang mendukung kesejahteraan masyarakat, pertumbuhan ekonomi, dan pelestarian lingkungan, yang semuanya merupakan tujuan penting dalam pembangunan nasional dan global.
Membangun landasan yang kuat untuk ketahanan pangan dan pembangunan ekonomi yang inklusif serta berkelanjutan merupakan investasi yang berharga untuk kemajuan nasional.