Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

El Nino Terasa Manis bagi Petani Tebu, Bersiap Harga Gula Naik

Bencana El Nino membuan produktivitas tebu menurun di kalangan petani sekitar 10-20 persen.
Petani mengaku pasokan tebu yang mulai berkurang telah mengerek harga jual dan harga gula di pasaran/JIBI
Petani mengaku pasokan tebu yang mulai berkurang telah mengerek harga jual dan harga gula di pasaran/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA - Petani mengaku pasokan tebu yang mulai berkurang telah mengerek harga jual dan harga gula di pasaran. 

Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen mengatakan adanya penurunan produktivitas tebu di kalangan petani sekitar 10-20 persen. Menurutnya, penurunan produktivitas tersebut disebabkan oleh fenomena El Nino hingga kapasitas petani yang minim untuk budidaya secara optimal.

"Saya khawatir turunnya [produktivitas] bisa lebih besar dari itu," ujar Soemitro saat dihubungi, Rabu (11/10/2023).

Dia membeberkan bahwa petani dalam beberapa waktu terakhir mendapatkan harga jual yang lebih tinggi dari harga acuan pembelian (HAP) yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp12.500 per kilogram.

"Baru lelang terakhir ini ada di atas HPP yaitu Rp13.500 [per kilogram], mulai akhir September dan awal Oktober kemarin," bebernya.

Meskipun harga jual naik di atas HAP, menurutnya saat ini mulai ada penurunan sekitar Rp100-Rp200 per kilogram. Soemitro pun menegaskan bahwa HAP gula di tingkat produsen atau petani yang ditetapkan pemerintah dalam Perbadan No.17/2023 sebesar Rp12.500 per kilogram masih di bawah biaya produksi petani.

Dia menyebut, biaya produksi gula di petani saat ini mencapai Rp13.500 per kilogram. "Karena kita mau bercocok tanam tebu harus untung kan," tuturnya.

Menurutnya, kenaikan harga gula saat ini masih dalam tahap wajar. Dia pun membandingkan dengan lonjakan harga beras yang terjadi saat ini dengan harga gula.

"Naik itu wajarlah, karena harga beras juga naik. Kalau harga gula naik petani tebu kan juga ngiri sama petani padi," ucapnya.

Sementara itu, Tenaga ahli Asosiasi Gula Indonesia (AGI), Yadi Yusriadi mengatakan produksi gula di tahun ini sebanyak 2,25 juta ton ternyata mengalami penurunan sekitar 6 persen dari tahun lalu. 

Apalagi Yadi juga membenarkan bahwa musim giling tebu akan segera berakhir. Saat ini, kata dia, hanya tersisa beberapa pabrik gula (PG) saja di Pulau Jawa yang masih menggiling tebu, semuanya ada di Jawa Timur. 

"Seminggu atau dua minggu lagi semua pabrik gula di Jawa tuntas [giling tebu]. Di luar Jawa kemungkinan PG yang masih giling ada di Sulawesi Selatan," ujar Yadi saat dihubungi, Rabu (11/10/2023).

Yadi menyebut harga gula akan terus melonjak apabila tambahan impor tidak segera direalisasikan. Kenaikan harga gula diperkirakan akan signifikan pada periode pesta demokrasi yang dilaksanakan pada Februari 2024 dan menjelang puasa-lebaran pada Maret-April 2024. 

Menyitir data panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), rata-rata harga gula di tingkat konsumen per hari ini 11 Oktober 2023 sebesar Rp15.470 per kilogram. Harga tersebut telah melampaui harga acuan pembelian (HAP) yang ditetapkan pemerintah dalam Perbadan No.17/2023 sebesar Rp14.500 per kilogram.

Oleh karena itu, menurutnya penambahan impor gula di tahun ini perlu segera direalisasikan mengingat kebutuhan yang diprediksi akan terus meningkat.

"Harga gula bisa mencapai Rp16.000 [per kilogram] bila tidak ada tambahan impor pada tahun 2023," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Rachmawati
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper