Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Loyo, Mayora (MYOR) Tuai Berkah Pasar Ekspor

Pelemahan rupiah dapat menjadi katalis positif bagi PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) yang kinerjanya ditopang bisnis ekspor.
Kantor PT Mayora Indah Tbk./mayora
Kantor PT Mayora Indah Tbk./mayora

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten makanan dan minuman, PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) optimistis mendapatkan keuntungan di pasar ekspor seiring dengan tren pelemahan nilai tukar rupiah. Pasalnya, pangsa ekspor MYOR mencapai 50 persen penjualan.

Direktur Mayora Ricky Afrianto mengatakan, depresiasi rupiah memang akan berdampak pada harga impor bahan baku yang akan semakin tinggi. Namun, pangsa ekspor yang cukup besar menjadi penyeimbang kinerja sehingga risiko kerugian lebih minim. 

"Bagi kami, jika nilai tukar tidak menguntungkan, dan bahan baku yang diimpor juga menjadi lebih tinggi, namun ada keseimbangan yang menjadi keuntungan bagi Mayora karena ekspornya hampir setengah, ini membantu mengurangi risiko," kata Ricky di Kantor Pusat Mayora, Selasa (10/10/2023). 

Kendati demikian, hal ini tidak menampik kenyataan bahwa harga komoditas bahan baku makanan dan minuman yang masih diimpor melonjak. Pengeluaran untuk pembelian bahan baku pun meningkat, begitupun dengan pendapatan yang naik dari pasar ekspor. 

Adapun, MYOR mengimpor gula industri atau rafinasi dari sejumlah negara, salah satunya Thailand. Namun, bahan baku lain seperti kopi, CPO, kakao, dan lainnya sebagian besar berasal dari dalam negeri sehingga pembelian menggunakan rupiah. 

Ricky tidak dapat memberikan persentase keuntungan maupun kerugian atas pelemahan rupiah kali ini. Hal tersebut akan bergantung pada seberapa besar rupiah terdepresiasi. 

"Misalnya, kita bilang total produknya US$100.000 dolar AS. Artinya, saat rupiah turun 5-10 persen, atau 1-2 persen, artinya jumlah rupiah yang kita dapat juga meningkatkan 1-2 persen," tuturnya.

Di sisi lain, MYOR memastikan tidak ada rencana kenaikan harga produk hingga akhir tahun ini, mengingat kenaikan baru terjadi pada tahun 2022 lalu. Dalam hal ini, konsumen masih dalam tahap 'adaptasi' harga baru, sehingga MYOR menahan untuk kenaikan harga. 

"Biasanya tuh 6 quarter, baru akan diterima harga baru oleh konsumen. Nah, Q4 ini sepertinya demand lebih baik, karena harganya sudah diterima," ujarnya. 

Namun, jika pelemahan rupiah berdampak pada lonjakan harga bahan baku yang signifikan hingga margin pendapatan MYOR turun drastis, maka bukan mustahil jika kenaikan harga jual produk kembali terungkit. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper