Bisnis.com, JAKARTA - Hiruk pikuk kontroversi social commerce di Indonesia tak menjadi halangan bagi Nouva Puspita, Founder & CEO jenama parfum lokal Carl & Claire untuk meneruskan strategi berjualan lewat platform live streaming.
Pasalnya, Nouva telah membuktikan bahwa platform daring, terutama media sosial dan lokapasar (e-commerce), begitu dekat dengan perjalanan awal Nouva membangun Carl & Claire pada kisaran 2018.
"Aku inget banget pertama kali punya toko itu Agustus 2019, di Lippo Mall Puri, setelah keliling banyak mal dan ngerasain ditolak sana-sini. Nah, jadi belum sampai 6 bulan berjuang mengembangkan toko offline, eh, pandemi Covid-19 datang," ungkapnya ketika berbincang dengan Bisnis via Zoom baru-baru ini, dikutip Sabtu (7/10/20230).
Wanita yang mengaku telah menggemari parfum sejak remaja ini tadinya berkarier di beberapa perusahaan sektor ritel selama 8 tahun. Niat menjadi wirausaha, apalagi membangun suatu jenama lokal dari nol, tadinya sama sekali tak terpikirkan.
"Sebenarnya aku nggak ada niat buat bikin bisnis. Tapi karena aku sering keliling banyak toko, sekitar 2018 aku terkesan banget karena banyak brand kecantikan lokal yang lagi naik, terutama makeup dan skin care. Terus aku sadar, karena aku suka parfum, mana ini brand-brand lokal?," tambahnya.
Nouva menceritakan bahwa pandemi membuat dirinya serius membesarkan nama Carl & Claire ke seluruh jaringan online, bukan hanya e-commerce, bahkan merupakan salah satu brand lokal yang masuk TikTok.
"Sebelum pandemi, market parfum itu jarang sekali mau beli lewat online, karena harus coba wanginya, kan? Untungnya, akhir 2019 tim Carl & Claire sudah coba masuk ke e-commerce dan social commerce," ungkap penggagas nama Carl & Claire itu, di mana dalam tradisi nama ala Eropa berarti kuat dan populer.
Nouva menjelaskan sebenarnya market live streaming kala itu belum semeriah seperti sekarang. Timnya bahkan sempat hilang harapan, karena menganggap brand dengan harga terbilang tinggi tidak terlalu pas untuk market live streaming, baik di TikTok maupun Shopee.
Namun, semua berubah pada akhir 2022. Menurutnya, sejak saat itu pasar live streaming berdampak signifikan buat bisnis, sebab memberikan pengalaman baru berbelanja online.
Tak bisa dipungkiri, siaran langsung memang memungkinkan interaksi antara pelanggan dengan tim toko secara lebih intens. Selain itu, pelanggan lebih puas melihat barang dari berbagai sisi, dan bisa meminta tim untuk membanding-bandingkan secara langsung dengan produk lainnya.
"Akhir 2022, pelanggan kami sudah sangat beradaptasi dengan live shopping seperti TikTok Shop. Kalau suka, bisa lihat dulu dan tanya-tanya, terus langsung beli. Bahkan, kami nggak pakai strategi potong harga besar-besaran seperti brand lain ketika live shopping. Ternyata market juga bisa, kok, asalkan barangnya menarik dan mereka memang butuh," jelasnya.
Berkat tren itu, saat ini Carl & Claire sanggup menjual sampai 10.000 botol per bulan, dengan kenaikan hingga 20-30 persen dari sebelum terjun ke live streaming shopping.
Toko fisik parfum yang di-branding dengan wangi elegan dan tahan lama ini telah berada di ASHTA, Pondok Indah Mall, dan Summarecon Mall Kelapa Gading. Tim Carl & Claire pun telah berkembang menjadi 25 orang, di mana 6 orang dikhususkan untuk mengurus kanal daring, sosial media, dan e-commerce.
"Awal berdiri, omzet dari online itu sekitar 20 persen saja dari total. Selama pandemi bisa 80 persen, bahkan 100 persen. Tapi akhirnya pada 2022 ketemu titik imbang, dan sekarang sedikit lebih banyak di offline, sekitar 50-60 persen. Tapi menariknya, kebanyakan pelanggan yang ke toko biasanya riset dan lihat-lihat dulu via sosmed dan e-commerce. Jadi kebayang, betapa pentingnya kanal online di zaman sekarang," tutupnya.