Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan, pemerintah tengah mengakselerasi rencana pembangunan LRT Bali.
Saat ini, kata Luhut, pemerintah terus mengebut pengerjaan studi kelayakan (feasibility study) LRT Bali yang sebelumnya terhenti karena pandemi Covid-19.
Dia memaparkan, kelanjutan proyek ini menjadi penting mengingat kondisi kepadatan lalu-lintas di wilayah Bali. Hal ini juga ditambah dengan potensi pertumbuhan penumpang di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali yang diproyeksi melayani 24 juta penumpang pada 2025 mendatang.
"Presiden [Joko Widodo] juga sudah memutuskan kita lakukan studi lanjutan untuk LRT di Bali karena kalau tidak dilakukan itu tahun 2025 Bandara Ngurah Rai akan mencapai 24 juta penumpang dan perhitungan kita itu bisa stuck [terjebak] 3 jam kalau tidak dibangun-bangun,” kata Luhut di Jakarta, dikutip Minggu (1/10/2023).
Luhut menyebutkan, LRT Bali rencananya akan dibangun sejauh 20 kilometer dari Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali melewati beberapa wilayah, seperti Canggu, Cemagi, dan Seminyak.
Sebelumnya, Luhut juga menyebutkan bahwa pembangunan LRT di Bali dapat ditargetkan sudah mulai peletakan batu pertama (groundbreaking) pada 2024. Dirinya menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memberikan instruksi mengenai penajaman studi pembangunan LRT di Pulau Dewata ini.
Baca Juga
"Kami dengan Menhub [menteri perhubungan] akan segera mengadakan rapat teknis untuk melakukan penajaman studi, walaupun sebetulnya studinya sudah ada," katanya
Adapun, model lintasan yang dipilih pemerintah adalah lintasan bawah tanah alias underground, agar dapat mengatasi kepadatan pembangunan.
Ketika ditanya perihal investor asing yang menawarkan diri dalam proyek LRT Bali, Luhut mengaku telah berkomunikasi dengan beberapa negara. Dia menyebut, akan menjatuhkan pilihan kepada negara yang mampu menawarkan sumber daya secara cepat, kredibel, serta mengutamakan transfer teknologi.
"Ada, sangat ada. Jadi yang jelas ada Korea, Jepang, China. Mana saja yang mau transfer kita teknologi cepat dan murah, kita akan ambil. Jadi kita tidak ada preferensi," kata Luhut.