Bisnis.com, JAKARTA -- Elon Musk dan proyeknya, Starlink, kini sedang menjadi sorotan karena jumlah satelitnya mencapai 5.000, bahkan diperkirakan bakal melebihi jumlah bintang langit, yang berjumlah sekitar 9.000.
Kehawatiran soal ukuran dan skala proyek Starlink pun timbul, salah satunya soal tabrakan ekstrem alias Sindrom Kessler, sebuah istilah yang diusulkan oleh ilmuwan NASA Donald Kessler pada 1978.
“Akan sangat mengkhawatirkan, apabila objek-objek terang [Starlink] yang berputar akan mengganggu pengamatan alam semesta, serta para ahli keamanan penerbangan, ini menjadi sumber utama bahaya tabrakan di orbit Bumi,” kata salah satu pengguna X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter) dikutip dari Daily Mail, Sabtu (30/9/2023)
Sebelumnya, respon ini bermula dari sebuah unggahan video pengguna @flightclubio pada 18 September 2023, yang memperlihatkan ribuan titik oranye kecil yang mewakili satelit-satelit tersebut berputar mengelilingi Bumi, menggambarkan skala investasi Musk yang sangat besar.
Pasalnya, jika ada terlalu banyak sampah luar angkasa di orbit Bumi, maka objek-objek tersebut dapat bertabrakan dan menciptakan lebih banyak sampah luar angkasa, sehingga ini akan mengakibatkan orbit Bumi menjadi tidak stabil.
Bahkan, Peneliti di Institut Max Planck yang menggunakan teleskop di Belanda untuk mengamati 68 perangkat buatan Starlink, menemukan bahwa 47 di antaranya mengeluarkan radiasi elektromagnetik
Baca Juga
Tim tersebut menuturkan bahwa jumlah emisi ini cukup besar sehingga bisa salah diidentifikasi sebagai gelombang radio dari benda-benda langit.
“Puluhan perangkat [Starlink] mengeluarkan 'radiasi elektromagnetik yang tidak disengaja' berasal dari elektronik yang ada di dalamnya,” tulis laporan tersebut.
Saat ini, Elon Musk memang terus dihantui kontroversi.
Selain dengan adanya klaim Starlink bakal berbahaya bagi kehidupan bumi, Elon Musk juga nyatanya sedang menjadi sorotan, karena dituduh menggunakan satelit-satelit Starlink miliknya untuk ikut campur dalam konflik antara Rusia dan Ukraina.
Dalam sebuah buku baru, Musk dituduh memutuskan akses internet dari Starlink ke Ukraina, khususnya di sepanjang pantai Crimea, dengan tujuan mencegah serangan terhadap angkatan laut Rusia di wilayah tersebut.
Meskipun Musk menyatakan bahwa dia tidak secara langsung memerintahkan insinyur-insinyurnya untuk mematikan akses internet tersebut, akan tetapi dia menolak permintaan dari pemerintah Ukraina untuk mengaktifkannya.
Alasannya adalah agar dia tidak terlibat dalam konflik berskala besar antara kedua negara tersebut.
Sebagai informasi, SpaceX meluncurkan satelit Starlink pada Mei 2019 dan telah mengirimkan lebih dari 5.000 objek yang diproduksi secara massal ke luar angkasa.
Perusahaan ini mengumumkan telah mencapai lebih dari 2 juta pelanggan pada September 2023 dan berencana untuk mendeploy 12.000 satelit - sebuah target yang bisa ditingkatkan menjadi 42.000.
SpaceX Starlink adalah satelit orbit rendah yang menyediakan internet dengan data tanpa batas dan kecepatan broadband yang cepat. Satelit-satelit ini menawarkan opsi internet tetap atau portabel kepada pengguna dengan harga yang cukup tinggi.
Penyedia internet T-mobile menyediakan broadband seharga US$50 per bulan tanpa biaya instalasi - sementara Starlink mengenakan biaya hingga US$2.500 untuk instalasi dan bisa menghabiskan biaya hingga US$250 per bulan bagi pengguna.