Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menguat ke angka 5,17 persen (year-on-year/yoy) dinilai menjadi sinyal positif dan pertanda untuk mengendurkan kembali suku bunga acuan ke level yang lebih rendah.
Adapun, Bank Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga acuan atau BI-7 Days Repo Rate (BI7DRR) di level 5,75 persen. Angka ini terus bertahan selama 8 bulan berturut-turut untuk memastikan inflasi tetap rendah dan terkendali yakni di kisaran 2-4 persen pada 2023.
Ketua Bidang Industri Manufaktur Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Bobby Gafur Umar, mengatakan sudah waktunya suku bunga acuan diturunkan, mengingat stabilitas pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh dari triwulan pertama sebesar 5,04 persen yoy.
"Suku bunga pinjaman ke perbankan masih tinggi. Kalau itu bisa diturunkan dengan kondisi sekarang ekonomi kita stabil, turun [suku bunga acuan] 25 basis poin atau 50 basis poin itu bisa menjadi sign bagus untuk mulai ekspansi lagi," kata Bobby kepada Bisnis, Kamis (21/9/2023).
Pelemahan kredit industri tercerminkan sejak April 2023 di mana Bank Indonesia mencatat kebutuhan pembiayaan korporasi yang menurun. Salah satunya terlihat dari saldo bersih tertimbang (SBT) pembiayaan korporasi sebesar 19,8 persen lebih rendah dari Maret 2023 sebesar 24 persen.
Perlambatan terjadi karena dampak penurunan kegiatan operasional seiring dengan melemahnya permintaan domestik dan ekspor. Dalam hal ini, SBT sektor pengolahan tercatat turun sebesar 1,9 persen, lebih rendah dari Maret 2023 sebesar 6,2 persen.
Baca Juga
Di samping itu, Bobby menuturkan, industri manufaktur masih dapat tumbuh positif seiring dengan penguatan level Purchasing Manager's Index (PMI) Indonesia di angka 53,9 pada Agustus 2023.
"Indonesia kan inflasinya terkontrol, mudah-mudahan lah. Tetapi jangan ada lagi ada isu kenaikan harga gas industri, rencana menaikkan tarif listrik. Ini kan perlu kestabilan untuk membuat biaya produksi kita tetap stabil dan produk kita menjadi kompetitif," ujarnya.