Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspansi Industri Manufaktur Masih Tertahan, Apindo: Bunga Kredit Terlalu Tinggi

Pengusaha menilai sudah waktunya suku bunga acuan BI diturunkan untuk mendorong kinerja industri manufaktur nasional.
Pekerja menyelesaikan pembuatan komponen otomotif di pabrik PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA) di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (20/9/2022). Bisnis/Suselo Jati
Pekerja menyelesaikan pembuatan komponen otomotif di pabrik PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA) di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (20/9/2022). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menguat ke angka 5,17 persen (year-on-year/yoy) dinilai menjadi sinyal positif dan pertanda untuk mengendurkan kembali suku bunga acuan ke level yang lebih rendah. 

Adapun, Bank Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga acuan atau BI-7 Days Repo Rate (BI7DRR) di level 5,75 persen. Angka ini terus bertahan selama 8 bulan berturut-turut untuk memastikan inflasi tetap rendah dan terkendali yakni di kisaran 2-4 persen pada 2023. 

Ketua Bidang Industri Manufaktur Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Bobby Gafur Umar, mengatakan sudah waktunya suku bunga acuan diturunkan, mengingat stabilitas pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh dari triwulan pertama sebesar 5,04 persen yoy. 

"Suku bunga pinjaman ke perbankan masih tinggi. Kalau itu bisa diturunkan dengan kondisi sekarang ekonomi kita stabil, turun [suku bunga acuan] 25 basis poin atau 50 basis poin itu bisa menjadi sign bagus untuk mulai ekspansi lagi," kata Bobby kepada Bisnis, Kamis (21/9/2023). 

Pelemahan kredit industri tercerminkan sejak April 2023 di mana Bank Indonesia mencatat kebutuhan pembiayaan korporasi yang menurun. Salah satunya terlihat dari saldo bersih tertimbang (SBT) pembiayaan korporasi sebesar 19,8 persen lebih rendah dari Maret 2023 sebesar 24 persen. 

Perlambatan terjadi karena dampak penurunan kegiatan operasional seiring dengan melemahnya permintaan domestik dan ekspor. Dalam hal ini, SBT sektor pengolahan tercatat turun sebesar 1,9 persen, lebih rendah dari Maret 2023 sebesar 6,2 persen. 

Di samping itu, Bobby menuturkan, industri manufaktur masih dapat tumbuh positif seiring dengan penguatan level Purchasing Manager's Index (PMI) Indonesia di angka 53,9 pada Agustus 2023. 

"Indonesia kan inflasinya terkontrol, mudah-mudahan lah. Tetapi jangan ada lagi ada isu kenaikan harga gas industri, rencana menaikkan tarif listrik. Ini kan perlu kestabilan untuk membuat biaya produksi kita tetap stabil dan produk kita menjadi kompetitif," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper