Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah di pasar global melonjak di atas US$90 per barel seiring Arab Saudi, negara produsen OPEC+ terbesar, memperpanjang pemangkasan produksinya.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November 2023 naik 1,17 persen, bergerak ke level US$90,04 per barel di London ICE Futures Exchange pada perdagangan Selasa (5/9/2023) waktu setempat. Untuk pertama kalinya minyak Brent menyentuh level US$90 per barel sejak November 2022.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Oktober 2023 juga meningkat 0,15 persen menjadi US$86,82 per barel di New York Mercantile Exchange.
Mengutip Bloomberg, Rabu (6/9/2023), Arab Saudi akan melanjutkan pengurangan produksi sepihak sebesar 1 juta barel per hari hingga Desember 2023. Langkah ini akan mempertahankan produksi sekitar 9 juta barel per hari, level terendah dalam beberapa tahun.
Senada dengan Riyadh, Moskow juga akan memperpanjang pemangkasan produksinya. Dalam pernyataan terpisah, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengumumkan bahwa pengurangan ekspor negaranya sebesar 300.000 barel per hari akan diperpanjang sampai dengan akhir tahun.
Adapun, minyak mentah Brent menetap di wilayah overbought pada indeks kekuatan relatifnya setelah reli dalam sepekan terakhir, membuat para trader bersiap-siap untuk koreksi teknis. Namun, pasar minyak telah mengetat karena permintaan naik ke level rekor dan persediaan jatuh. Bahkan, meningkatnya kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi China tidak dapat mencegah reli musim panas.
Baca Juga
Harga Batu Bara
Mengutip data Barchart, pada perdagangan Selasa (5/9/2023), harga batu bara ICE Newcastle kontrak berjangka September ditutup di posisi US$160,5 per ton atau naik 2,52 persen.
Sementara itu, untuk harga batu bara ICE Newcastle kontrak Oktober ditutup di posisi US$166,35 per ton atau naik 4,29 persen.