Bisnis.com, JAKARTA - Asean dinilai dapat membangun rantai pasok kendaraan listrik electric vehicle (EV), termasuk Malaysia dan Indonesia. Lewat pengembangan ekosistem kendaraan ramah lingkungan tersebut, Asean disebut dapat kembali mendongrak pertumbuhan ekonomi kawasan.
Dalam agenda Asean Business & Investment Forum di Jakarta, pejabat Malaysia dan Indonesia memamerkan keunggulan negaranya dalam berkontribusi sebagai rantai pasok EV di Asean.
Menteri Investasi, Perdagangan, dan Industri Malaysia Tengku Datuk Seri Utama Zafrul Bin Tengku Abdul Aziz mengatakan, pihaknya telah memiliki kemantapan sektor semikonduktor dan sensor elektromiografi (EMG) untuk mengontrol kecepatan motor listrik.
"Malaysia adalah salah satu contoh di mana kita memiliki sektor semikonduktor dan EMG yang sangat matang yang merupakan bagian penting dari rantai pasokan untuk EV," kata Zafrul di sela-sela agenda Asean Business & Investment Forum 2023, Jakarta, dikutip Minggu (2/9/2023).
Kedua industri komponen dalam produksi kendaraan listrik itu disebut telah mapan di Malaysia. Dia mengungkap, pangsa pasar sensor EMG Malaysia mencapai 13 persen secara global.
Jika melihat keunggulan dari negara-negara Asean lainnya, Zafrul pun melihat ada banyak potensi bakat dari sumber daya manusia dan keunggulan teknis lainnya yang bisa menjadi acuan.
Baca Juga
"Pertumbuhan prospektif Asean sebagai sebuah blok akan menjadi salah satu alasan menarik lainnya mengapa investor tertarik terutama di bidang EV," imbuhnya.
Menurutnya, hal ini juga ditandai dengan kekuatan laju pertumbuhan ekonomi Asean dan foreign direct investment (FDI) yang mencapai rekor tertinggi sepanjang 2022.
Sebagai sentra pembangunan ekonomi global yang inklusif, Asean diminta terus mendorong investasi untuk pembangunan yang berkelanjutan.
Pertumbuhan investasi asing atau FDI Asean tumbuh signifikan. Pada saat global menurun, Asean justru mencatat sejarah pertumbuhan FDI tertinggi, yakni penerima FDI terbesar kedua di dunia.
Adapun, Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (ESCAP) mencatat investasi asing langsung atau FDI ke Asean tembus US$224 miliar pada tahun 2022.
Potensi dan peluang yang dimiliki, menjadikan Asean sebagai target investasi asing langsung FDI dan menunjukkan peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2010, FDI di Asia Tenggara hanya sekitar US$23 miliar. Jumlah itu melonjak menjadi US$47 miliar pada 2021.
Di sisi lain, catatan Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan Asean menjadi cakrawala bagi pemulihan ekonomi global. Adapun, rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 3,8 persen. Angka tersebut di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi global yang mencapai 2,6 persen.