Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebut, rencana pembangunan smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) di Papua sudah masuk pembahasan final.
Meskipun demikian, Bahlil mengatakan, lokasi pembangunan smelter tersebut masih belum ditentukan di Papua bagian mana.
“Iya itu sekarang ini tinggal finalisasi. Tempatnya kita belum putuskan di mana, tapi yang jelas di Papua,” kata Bahlil, Selasa (29/8/2023).
Bahlil menuturkan bahwa rencana pembangunan smelter Freeport tersebut masih terus dimatangkan. Dia berharap rencana final dapat terealisasi tahun ini.
“Ya sedikit lagi lah [progresnya]. Gambarannya insyaallah baik, ya tidak lebih dari tahun ini,” ujarnya.
Sebelumnya, Bahlil mengungkapkan, pemerintah tengah membahas rencana spesifik untuk membangun pabrik pemurnian dan pengolahan mineral logam atau smelter konsentrat tembaga milik PT Freeport Indonesia di Papua. Komitmen itu disampaikan untuk memastikan nilai tambah atau hilirisasi tembaga dari PTFI dapat berdampak efektif bagi masyarakat lokal.
Baca Juga
Bahlil mengatakan, rencana itu belakangan tengah digodok intensif oleh pemerintah lewat sejumlah skenario. Misalkan, Bahlil menerangkan, PTFI mesti dapat meningkatkan kembali produksi konsentrat tembaga miliknya untuk dapat dimurnikan dan diolah lebih lanjut di Papua.
“Kami lagi berusaha untuk smelter di Papua itu bisa terjadi kalau produksinya dinaikkan, ini dalam pembahasan sudah saya sampaikan di tingkat internal pemerintah,” kata Bahlil selepas Orasi Ilmiah PTFI di Universitas Cendrawasih, Jayapura, Kamis (6/10/2022).
Bahlil mengatakan, kedua smelter yang saat ini dimiliki PTFI di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Gresik, Jawa Timur dipastikan dapat menyerap keseluruhan produksi bijih tembaga saat ini di angka 3,3 juta ton.
Dengan demikian, dia menggarisbawahi, peningkatan produksi bijih tembaga mesti dilakukan untuk membuka smelter baru di Papua.
“Sekarang kami lagi bentuk strateginya karena kalau 3 juta ton konsentrat sekarang ini sudah ter-cover di dua smelternya, yaitu yang eksisting 1,3 juta ton dan yang baru 1,7 juta ton,” tuturnya.
Pembangunan smelter di Papua itu belakangan juga diminta oleh pemerintah sebagai syarat perpanjangan kontrak Freeport selepas 2041.