Bisnis.com, JAKARTA — PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) menargetkan proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah fase I, Kalimantan Barat dapat rampung pada paruh kedua 2024, setelah beberapa tahun tersendat akibat perselisihan kontraktor.
Direktur Utama Inalum Danny Praditya mengatakan, perseroan menargetkan pengiriman alumina pertama dari smelter itu dapat dilakukan pada semester II/2024. Selanjutnya operasi komersial secara penuh ditarget terjadi pada 2025.
“Ini merupakan feedstock untuk aluminium smelter kita di Kuala Tanjung, kapasitasnya 1 juta kilo ton per annum (KTPA) dan ini cukup sampai 500.000 ton aluminium yang dihasilkan dari smelter ini,” kata Danny saat RDP dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Kamis (24/8/2023).
Saat ini, Danny menuturkan, pengerjaan fisik SGAR Mempawah telah mencapai 58 persen dari target baru yang ditetapkan setelah sempat terhenti sebelumnya. Dia menargetkan proyek itu dapat mencapai 80 persen masa kontruksi pada akhir 2023.
“Semester II/2024 sudah operasi lalu ramp up dengan kapasitas 1 juta ton alumina,” kata dia.
Di sisi lain, Danny menambahkan, pihaknya akan melanjutkan pengerjaan SGAR Mempawah untuk fase kedua dengan potensi tambahan kapasitas produksi alumina mencapai 1 juta ton hingga 2 juta ton nantinya.
Baca Juga
“Kami akan melakukan mungkin beauty contest atau pemilihan calon mitra strategis untuk joint venture dan bermitra dengan kita dalam hal pembangunan tambahan 1 sampai 2 juta ton alumina itu,” kata dia.
Sebelumnya, pemerintah mencabut proyek pengerjaan SGAR Mempawah dari daftar proyek strategis nasional (PSN) lewat penerbitan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 9 Tahun 2022 pada akhir Juli 2022 lalu.
Keputusan itu diambil lantaran proyek yang ditaksir menelan investasi US$1,7 miliar itu molor cukup lama akibat perselisihan yang terjadi dari pihak pemegang konsorsium EPC, yakni BUMN asal China, China Aluminium International Engineering Corporation Ltd. (Chalieco) sebesar 75 persen dan sisanya PT Pembangunan Perumahan Tbk. (PTPP).
Seperti diketahui, proyek strategis untuk pemurnian bijih bauksit itu dikelola oleh PT Borneo Alumina Indonesia (PT BAI) yang sahamnya mayoritas dimiliki Inalum sebanyak 60 persen dan sisanya PT Aneka Tambang Tbk. atau Antam dengan kepemilikan 40 persen.
Saat itu, PT BAI melaporkan potensi pendapatan yang hilang atau potential revenue loss dari mandeknya proyek SGAR Mempawah selama 16 bulan terakhir mencapai US$450 juta atau setara Rp6,37 triliun hingga September 2022.
“Sampai saat ini delayed-nya itu 16 bulan, kami hitung potential revenue loss-nya itu sekitar US$450 juta,” kata Direktur Teknik PT BAI Darwin Saleh Siregar saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Selasa (20/9/2022).
PT BAI mencatat setiap bulannya potensi pendapatan yang hilang dari molornya pengerjaan fasilitas pemurnian dan pengolahan bauksit di Mempawah, Kalimantan Barat mencapai US$28 juta atau setara Rp419,16 miliar.
“Per bulan potential revenue loss-nya US$28 juta,” ujarnya.