Bisnis.com, JAKARTA - Departemen Perdagangan dan Industri India menjelaskan bahwa penutupan keran ekspor beras nonbasmati per 20 Juli 2023 harus dilakukan demi mengamankan pasokan dalam negeri akibat cuaca buruk yang melanda negara tersebut.
Sekretaris Departemen Perdagangan dan Industri India Rajesh Agrawal menyampaikan, 46 persen penduduknya bergantung pada produk pertanian, dan sektor pertanian ini sangat bergantung pada musim hujan. Apalagi, padi merupakan tanaman yang membutuhkan banyak air.
“Jadi jika musim hujan tidak bagus, hal ini akan berdampak pada produksi beras tahun ini,” kata Agrawal dalam wawancara terbatas di Semarang, Jawa Tengah, dikutip Kamis (24/8/2023).
Kondisi kian diperburuk dengan adanya El Nino yang melanda sejumlah negara termasuk India. Fenomena cuaca ini akan memicu perubahan cuaca ekstrem di seluruh wilayah Indo Pasifik. Banyak negara yang mengalami kekeringan sekaligus curah hujan yang sangat tinggi.
Musim hujan di India juga tidak dapat diprediksi. Agrawal mengatakan, ketidakpastian cuaca membuat produksi padi pada panen Oktober 2023 juga tidak dapat diprediksi.
Pada saat yang sama, India memiliki populasi yang besar yang perlu diberi makan. Kendati begitu, dia memahami bahwa banyak negara yang bergantung pada beras India untuk memenuhi ketahanan pangannya.
Baca Juga
Seperti diketahui, Kementerian Pangan India resmi menghentikan ekspor beras nonbasmati pada 20 Juli 2023. Pemerintah India kala itu menyebut, pembatasan dilakukan untuk memastikan ketersediaan beras nonbasmati dalam negeri dan menahan kenaikan harga di pasar domestik akibat perubahan iklim.
“Untuk memastikan ketersediaan beras putih nonbasmati yang memadai di pasar India dan untuk menahan kenaikan harga di pasar domestik, pemerintah India telah mengubah kebijakan ekspor,” kata Kementerian Pangan India, mengutip Reuters.
India merupakan negara eksportir beras terbesar dunia. Negara ini menyumbang 40 persen ekspor beras global.
Agricultural and Processed Food Products Export Development Authority (Apeda) melaporkan India telah mengekspor 17.786.091 metrik ton beras nonbasmati ke dunia dengan nilai US$6,35 juta selama 2022-2023.
Dengan adanya larangan ini, maka harga pangan yang sebelumnya meroket naik akibat invasi Rusia ke Ukraina tahun lalu dan cuaca yang tidak menentu akan kembali meningkat.