Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jokowi Kebut Penghiliran Nikel, Emiten Grup Harita (NCKL) Siap Bikin Stainless Steel dan Kobalt Sulfat

Grup Harita, PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) mengaku siap untuk ikut mendorong nilai tambah nikel melalui hilirisasi.
Suasana tambang nikel Trimegah Bangun Persada (NCKL) milik Harita Group./Istimewa
Suasana tambang nikel Trimegah Bangun Persada (NCKL) milik Harita Group./Istimewa
Bisnis.com, JAKARTA – Emiten tambang dan penghiliran nikel Grup Harita, PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) mengaku siap mendukung inisiatif pemerintah mendorong nilai tambah nikel melalui hilirisasi alias penghiliran.
Sekadar informasi, Presiden Joko Widodo kerap menyinggung upaya-upaya mempercepat penghiliran, tak terkecuali terkait nikel. Hal itu juga disampaikannya dalam pidatonya terkait RUU Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2024 beserta nota keuangannya di Rapat Paripurna DPR hari ini, Rabu (16/8/2023).
“Sebagai gambaran, setelah kita setop ekspor nickel ore pada 2020, investasi hilirisasi nikel tumbuh pesat. Kini telah ada 43 industri pengolahan nikel, dan akan membuka peluang kerja yang sangat besar. Ini baru dari satu komoditas,” ungkap Jokowi. 
Direktur Utama NCKL Roy Arman Arfandy menjelaskan bahwa saat ini pihaknya telah memiliki fasilitas penghiliran nikel untuk memproduksi feronikel melalui smelter berteknologi rotary kiln-electric furnance (RKEF), serta nikel sulfat melalui smelter dengan teknologi high pressure acid leach (HPAL).
Teknologi RKEF untuk mengolah saprolite menjadi feronikel telah berjalan melalui tiga anak usaha NCKL, yakni PT Megah Surya Pertiwi (MSP) dengan 4 jalur produksi berkapasitas 25.000 metal ton per tahun, PT Halmahera Jaya Feronikel (HJF) dengan 8 jalur produksi berkapasitas 95.000 metal ton per tahun, dan PT Karunia Permai Sentosa (KPS) yang masih dalam proses pembangunan, ditargetkan berkapasitas 12 jalur produksi hingga 185.000 metal ton per tahun.
“Feronikel akan kami proses lebih lanjut menjadi stainless steel [baja anti karat]. Kami memang ada rencana untuk hilirisasi lebih lanjut, tidak hanya berhenti di feronikel, tapi juga dengan membangun pabrik stainless steel dalam waktu dekat,” jelasnya dalam webinar Bisnis Indonesia ‘Peluang Investasi Hilirisasi Sektor Mineral: Pengembangan Produk Nilai Tambah untuk Komoditas Nikel dan Bauksit’, dikutip Rabu (16/8/2023).  
Sementara itu, teknologi HPAL dilaksanakan oleh anak usaha bernama PT Halmahera Persada Lygend (HPL) untuk mengolah limonite menjadi mixed hydroxide precipitate (MHP), untuk kemudian menjadi nikel sulfat dan kobalt sulfat. NCKL juga tengah membangun pabrik HPAL kedua, PT Obi Nickel Cobalt (ONC) yang masih dalam proses pembangunan. 
“Nikel sulfat dan kobalt sulfat merupakan bahan baku utama untuk membuat precursor battery, yang nantinya bisa menjadi katoda untuk komponen baterai mobil listrik. Sejak Juli 2023, kami masih dalam masa percobaan untuk memproduksi kobalt sulfat. Namun, untuk nikel sulfat kami justru sudah bisa ekspor per Juni 2023,” tambahnya.
Terkini, PT HPL fase I yang terdiri dari 2 jalur produksi memiliki kapasitas 37.000 ton senyawa nikel per tahun dan 4.500 ton senyawa kobalt per tahun, sementara fase II dengan satu jalur produksi berkapasitas 18.000 ton senyawa nikel per tahun dan 2.250 ton senyawa kobalt per tahun. Adapun, PT ONC ditargetkan memiliki kapasitas 65.000 ton senyawa nikel per tahun dan 7.500 ton senyawa kobalt per tahun.
Roy menargetkan pada akhir 2023 pihaknya akan mampu memproduksi feronikel 95.000 metal ton, kemudian menyentuh 120.000 metal ton pada 2024, sampai akhirnya melonjak sampai 305.000 metal ton pada 2025, ditopang mulai beroperasinya PT KPS.
Sementara untuk senyawa nikel-kobalt hasil dari HPAL, targetnya pada 2023 ini mencapai 55.000 ton senyawa nikel dan 6.750 ton senyawa kobalt. Kemudian, ketika PT ONC beroperasi, target dipatok menjadi 120.000 ton senyawa nikel dan 14.250 ton senyawa kobalt.
“Konstruksi untuk PT ONC telah berjalan sejak pertengahan tahun lalu. Sementara untuk feronikel sekarang sudah ada 12 line [produksi], saat ini PT KPS sedang dalam tahap perencanaan. Semoga bisa dipercepat realisasinya, karena KPS ini yang akan kami lanjutkan untuk memproduksi stainless steel di kemudian hari,” ungkap Roy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper