Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) buka suara mengenai gagalnya PT Pertamina Hulu Energi (PHE) melakukan Initial Public Offering (IPO) pada tahun ini.
Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji, membenarkan bahwa gagalnya PHE melantai di lantai bursa pada tahun ini karena situasi harga minyak yang saat ini belum kondusif.
“Sebenarnya harga minyak tidak seperti perkiraan sebelumnya, itu yang harus dievaluasi," kata Tutuka di Kementerian ESDM, Senin (31/7/2023).
Diketahui, dalam catatan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) harga minyak mentah Indonesia (Indonesian crude price/ICP) pada semester I/2023 berada pada kisaran US$75,24 per barel.
Harga tersebut agak jauh dari perkiraan harga yang berada pada APBN 2023 yang mencapai angka US$90 per barel.
Diberitakan sebelumnya, VP Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menjelaskan bahwa IPO PHE tidak dilaksanakan pada saat ini karena masih perlu mencari waktu yang tepat.
Baca Juga
“Hal ini tentunya sejalan dengan ketetapan yang disampaikan Kementerian BUMN melalui Wakil Menteri BUMN beberapa waktu lalu,” ujarnya melalui siaran pers, Jumat (28/7/2023).
Lebih lanjut, Fadjar menjelaskan, beberapa hal yang menjadi pertimbangan, di antaranya seiring dinamika kondisi pasar modal dunia dan Asia Tenggara sepanjang 2023 akibat tekanan dari pengaruh resesi global.
Fadjar mengatakan dari sisi makroekonomi global, tren peningkatan suku bunga The Fed menambah beban ekonomi emerging markets untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi.
Di sisi lain, harga minyak dunia (Brent) mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu, di mana dalam beberapa bulan terakhir berada di level US$70-80 per barel dan diprediksi tetap bertahan pada level tersebut hingga 2024.
"Hal ini juga menjadi faktor yang kurang mendukung pelaksanaan IPO PHE pada saat ini," ujarnya.