Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati akan memantau hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed yang berlangsung pada 25-26 Juli 2023. Kebijakan terkait suku bunga The Fed tersebut nantinya akan mempengaruhi berbagai sentimen termasuk sektor keuangan dalam negeri.
Meski The Fed terus mengerek suku bunga, Sri Mulyani menilai kondisi sektor keuangan Indonesia cukup resilient, tercermin dari imbal balik atau yield dari surat berharga negara (SBN) Indonesia terus mengalami perbaikan.
“Indonesia tetap resilient dengan berbagai kebijakan yang terjadi di level global terutama negara maju yang pengaruhnya sangat besar terhadap ekonomi global,” katanya dalam konferensi pers APBN Kita, Senin (24/7/2023).
Menurutnya, hal yang harus diperhatikan adalah kebijakan moneter The Fed yang akan merespons penurunan inflasi headline AS meski telah turun ke posisi 3 persen.
Sementara itu, core inflation atau inflasi inti di Negeri Paman Sam tersebut masih dianggap cukup tinggi pada level 4,7 persen.
Sri Mulyani menilai hal ini akan menjadi pertimbangan dalam The Federal Open Market Committee (FOMC) Juli yang dikabarkan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps.
Baca Juga
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, FOMC diperkirakan akan menaikkan suku bunga seperempat poin ke kisaran 5,25 persen hingga 5,5 persen. Kenaikan tersebut menjadi yang ke-11 kalinya dalam 16 bulan terakhir.
Kenaikan pada bulan Juli 2023 menyusul jeda pada bulan Juni yang dimaksudkan untuk memperlambat laju kenaikan karena suku bunga mendekati tingkat yang diyakini cukup ketat untuk mengembalikan inflasi ke target 2 persen dari waktu ke waktu.
Namun, Ketua The Fed Jerome Powell dan para pembuat kebijakan lainnya tetap membuka opsi untuk menaikkan suku bunga lagi jika perlu untuk menghindari terulangnya lonjakan harga.