Bisnis.com, JAKARTA — Kondisi permintaan apartemen mulai perlahan pulih di semester 1 tahun ini. Merujuk data Rumah.com Property Market Index, permintaan terhadap apartemen naik sebesar 15 persen secara kuartal (Quater-to-Quater/QtQ) dan 3 secara tahunan (Year-on-Year/YoY) pada kuartal pertama 2023 ini. Kenaikan permintaan terhadap apartemen di Ibu Kota justru lebih tinggi dibandingkan permintaan terhadap rumah tapak, yakni 13 persen (QoQ) dan -14 persen (YoY). Selain itu, indeks harga apartemen juga tercatat naik tipis sebesar 0,9 persen, diikuti indeks suplai apartemen yang turun tipis 0,4 persen.
Berita tentang pengembang masih enggan bangun proyek baru apartemen menjadi salah satu berita pilihan editor BisnisIndonesia.id hari ini. Selain berita tersebut, sejumlah berita menarik lainnya turut tersaji dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.
Berikut ini highlight Bisnisindonesia.id, Minggu (16/7/2023):
1. Ketika Pengembang Papan Atas Absen Bangun Proyek Apartemen Baru
Pasar apartemen diproyeksikan dapat bangkit kembali ke tingkat permintaan sebelum pandemi. Pasalnya, tren hunian vertikal ini bakal mendapatkan momentum sesuai kebutuhan dan tuntutan zaman. Namun demikian, para pengembang masih enggan untuk membangun apartemen. Hal itu karena dinilai oversupply.
PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) menyebut kondisi apartemen masih lesu. Hal ini karena pandemi covid-19 yang melanda selama lebih dari 2 tahun sehingga menimbulkan tren baru untuk lebih memilih tinggal di rumah tapak. Selain itu, kondisi apartemen juga tengah oversupply. Di sisi lain, masih banyak masyarakat Indonesia yang enggan tinggal di apartemen. Namun demikian, saat ini mulai banyak generasi muda yang melirik tinggal di apartemen berkonsep mixed used.
PT Ciputra Development Tbk (CTRA) juga belum akan meluncurkan proyek apartemen baru. Hal ini menyusul kondisi aktual pasar apartemen yang masih kelebihan pasokan. PT Metropolitan Lant Tbk (MTLA) juga belum berencana menambah proyek baru apartemen dalam dalam jangka waktu 5 tahun hingga 10 tahun seiring masih lesunya kondisi segmen tersebut.
2. Bisnis Membaik, Kontrak Baru BUMN Karya Kembali Tumbuh
Sejumlah emiten konstruksi pelat merah mencatatkan kenaikan nilai kontrak baru yang diraihnya pada semester pertama tahun ini. Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara turut menopang perolehan kontrak baru.
PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) dan PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) yang telah melaporkan adanya pertumbuhan nilai kontrak baru yang didapat pada periode 6 bulan pertama 2023.
ADHI, misalnya, meraup kontrak baru senilai Rp14 triliun pada semester I/2023, naik 27 persen bila dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yakni Rp11 triliun. Raihan kontrak baru itu mencapai 52 persen dari target kontrak baru ADHI pada 2023.
Sekretaris Perusahaan Adhi Karya Farid Budiyanto menyebut beberapa kontrak baru yang sudah didapatkan, di antaranya proyek perkeretaapian North-South Commuter Railway CP S-01 di Filipina, Bendungan Cibeet di Jawa Barat, dan Jalan Tol Akses Patimban.
Kontribusi per lini bisnis perseroan dari kontrak baru tersebut didominasi oleh lini engineering dan construction sebesar 92 persen, properti mencapai 3 persen, dan sisanya merupakan lini bisnis lain.
Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap merupakan salah satu solusi pemanfaatan energi terbarukan di perkotaan yang lahannya terbatas. Masyarakat juga bisa memanfaatkan model solar panel on-grid untuk turut berkontribusi dalam pengembangan energi terbarukan.
Pemerintah pun berupaya melaksanakan berbagai program akselerasi agar porsi Energi Baru Terbarukan (EBT) mencapai target 23 persen pada bauran energi nasional 2025. Sejauh ini, bauran energi nasional masih berkisar 11 persen.
Berdasarkan identifikasi pemerintah, PLTS atap secara nasional mencapai 32,5 GW dari pelanggan golongan rumah tangga, industri, bisnis, sosial maupun pemerintah. Namun, pemanfaatannya sejauh ini masih minim.
Pemanfaatan PLTS atap pelanggan PLN secara nasional per Mei 2023 mencapai 95 MW yang berasal dari 7.075 Pelanggan. Pelanggan terbanyak dari sektor rumah tangga sebesar 72 persen dan kapasitas terbesar dari sektor industri sebesar 47 persen, sedangkan total kapasitas PLTS atap sektor bisnis/komersial baru mencapai 16 persen dari total kapasitas PLTS atap nasional.
Pemerintah terus mendorong semua pihak untuk mulai memanfaatan PLTS atap melalui dukungan regulasi, mulai dari sektor rumah tangga, industri, bisnis, sosial hingga pemerintah.
4. Geliat Telkom (TLKM) Perkuat Kinerja di Paruh Kedua 2023
PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) bakal memanfaatkan peluang yang terbuka seiring dengan peralihan status Covid-19 dari pandemi menjadi endemi, serta adanya momentum Pemilu, untuk memacu kinerja bisnisnya lebih optimal.
Masa endemi atau masa back to normal memberikan ruang bagi ekonomi Indonesia untuk kembali bergerak, termasuk bagi industri telekomunikasi. Periode pandemi telah mendorong percepatan adopsi digital masyarakat yang tentu menjadi bekal bagi pertumbuhan lanjutan di masa endemi.
VP Corporate Communication Telkom Andri Herawan Sasoko mengatakan bahwa Telkom sebagai digital telco terdepan menangkap hal tersebut sebagai peluang untuk terus berkembang dan berinovasi untuk memberikan kontribusi terbaik bagi masyarakat.
Dia menyebut manajemen TLKM meyakini di masa depan TLKM akan tetap memiliki prospek usaha dan pertumbuhan yang baik, seiring tiga pilar bisnis yakni digital connectivity, digital platform, dan digital services yang makin relevan dengan kebutuhan dan permintaan masyarakat.
TLKM juga tengah bertransformasi demi memberikan value yang optimal bagi perusahaan dan stakeholder melalui strategi 5 Bold Moves yang tengah Telkom jalankan. Sebagai bagian dari inisiatif Fixed Mobile Convergence (FMC), TLKM telah resmi mengintegrasikan IndiHome ke Telkomsel. TLKM berharap integrasi ini akan meningkatkan layanan broadband, baik dari sisi penetrasi/jumlah pelanggan maupun variasi layanan.
5. Nafas Ekspansif Sektor Industri Farmasi
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia menyebutkan kegiatan usaha sektor industri pengolahan pada kuartal kedua 2023 terindikasi meningkat, yang mana subsektor industri kimia, farmasi, dan obat tradisional mencatat pertumbuhan tertinggi kedua setelah subsektor industri makanan.
Peningkatan kinerja industri pengolahan pada kuartal kedua 2023 tecermin dari nilai SBT (saldo bersih tertimbang) sebesar 2,21 persen, lebih tinggi dari SBT kuartal sebelumnya 1,54 persen.
Adapun SBT subsektor industri kimia, farmasi, dan obat tradisional sebesar 0,26 persen, lebih tinggi dari SBT kuartal sebelumnya 0,23 persen, didukung oleh ketersediaan sarana produksi dan penyimpanan.
Sejalan dengan kegiatan usaha, penggunaan tenaga kerja pada lapangan usaha manufaktur juga menunjukkan perbaikan, meski masih berada pada fase kontraksi. Peningkatan tenaga kerja terutama terjadi pada subsektor industri kimia, farmasi, dan obat trasional.
Pada kuartal ketiga 2023, kegiatan usaha industri pengolahan diperkirakan melanjutkan tren peningkatan dengan prakiraan SBT 2,72 persen, lebih tinggi dari SBT kuartal kedua 2023 di level 2,21 persen. Sejalan dengan hal ini, Prompt Manufacturing Index juga meningkat dan berada pada fase ekspansi sebesar 53,53 persen pada kuartal ketiga 2023, dari 52,39 persen pada kuartal sebelumnya.
Berdasarkan komponen pembentukannya, seluruhnya tercatat meningkat, yang mana komponen dengan indeks tertinggi adalah volume produksi 57,70 persen, volume pesanan barang input 54,68 persen, diikuti persediaan barang jadi 54,05 persen.
Sementara berdasarkan sublapangan usaha, sektor industri kimia, farmasi dan obat tradisional melanjutkan ekspansi meski dengan laju yang sedikit lambat dibandingkan dengan kuartal kedua 2023. Nilai PMI-BI sektor ini tercatat 52,40 persen, lebih rendah dari kuartal kedua 2023 di level 55,19 persen.
PT Phapros Tbk. yang merupakan bagian dari holding BUMN Farmasi meluncurkan salah satu produk barunya Pro TB 2 Daily Dose. Sublapangan industri kimia, farmasi dan obat tradisional diproyeksikan melanjutkan kenaikan performa setelah tumbuh tertinggi di antara sublapangan industri lainnya.
Pro TB 2 Daily Dose berbentuk sediaan kaplet salut selaput dan ditujukan untuk pasien tuberkulosis (TBC). Peluncuran produk ini diklaim sebagai bentuk komitmen Phapros menekan angka TBC sekaligus melengkapi varian obat antituberkulosis yang dimilikinya.