Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Anthony Blinken menghadiri dialog strategis antara AS-Indonesia. Hal ini dilakukan di sela-sela rangkaian pertemuan Menteri Luar Negeri Asean di Jakarta.
Blinken mengatakan bahwa kedua negara membahas sejumlah hal dalam dialog strategis tersebut. Pembicaraan tersebut membahas mulai dari memajukan kerja sama ekonomi melalui kerangka kerja ekonomi Indo-Pasifik dan berkolaborasi dalam isu-isu regional.
Kemudian, kedua pihak juga membahas mengenai upaya memajukan prioritas bersama dalam kesehatan masyarakat, perubahan iklim, keamanan siber dan juga maritim.
Blinken juga mengatakan bahwa tahun depan menandakan 75 tahun hubungan diplomatik dan kemitraan strategis AS dengan Indonesia, dan menandakan hubungan yang lebih kuat dari sebelumnya.
“Indonesia adalah mitra penting kami dan pemimpin regional dan global,” kata Blinken di St. Regis Jakarta, Jumat malam (14/7/2023).
Blinken kemudian berterima kasih kepada Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Sung Yong Kim beserta dengan para timnya.
Baca Juga
“Saya ingin berterima kasih terutama kepada duta besar kita di sini (Indonesia), Duta Besar Sung Kim dan timnya atas kerja mereka untuk memperkuat kemitraan,” jelasnya.
Untuk diketahui, Blinken pertama kali berkunjung ke Indonesia sebagai Menlu AS pada 13-14 Desember 20221. Kunjungan tersebut membahas mengenai beberapa isu, yakni terkait kemitraan strategis Indonesia-AS, dan dukungan AS kepada Indonesia dalam penanganan pandemi Covid-19.
Sementara itu, dalam pertemuan Menlu se-Asean, Blinken menyerukan kepada negara anggota Asean untuk mendorong perdamaian terhadap perang agresi Rusia di Ukraina.
"Kita harus mendorong perdamaian yang adil dan abadi terhadap perang agresi Rusia di Ukraina," katanya dalam PMC, pada Jumat (14/7/2023).
Dia menekankan perang di Ukraina melanggar perjanjian kerja sama dan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Perang yang melanggar prinsip-prinsip yang menjadi inti dari Asean, yaitu Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama serta Piagam PBB," ujarnya.
Menurutnya, perang tersebut tidak hanya merugikan Ukraina, tetapi juga masyarakat di seluruh dunia dengan memperparah krisis yang terjadi.